Blog Islam Sehari-hari Sholat

Jejak Peradaban Islam di Nusantara Masjid Ampel Surabaya

Masjid Ampel Ssurabaya.(Foto: Istimewa)
Masjid Ampel Ssurabaya.(Foto: Istimewa)

Saat memasuki bulan Ramadan, Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya menjadi salah satu kawasan wisata religi yang paling dicari umat muslim. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah pengunjung Masjid Ampel meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang. Pengunjung akan semakin banyak pada saat 'maleman', yakni malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadan dengan jumlah di atas 10.000 orang, bahkan dapat mencapai 20.000 orang.

Dalam sejarah Islam telah tercatat bahwa masjid adalah tempat pertama kali yang diusulkan oleh Rasulullah untuk membangun masyarakat Islam. Pada zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat menyucikan jiwa, tempat membaca dan mengajarkan Alquran, tempat berkonsultasi dan bersilaturahmi, tempat bermusyawarah, dan masih banyak lagi fungsi lain masjid pada zaman Rasulullah.

Masjid Tertua di Jawa Timur

Masjid Ampel merupakan salah satu masjid peninggalan tertua di Jawa Timur. Masjid Ampel didirikan sejak zaman Majapahit, tepat pada tahun 1421 Masehi oleh Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat yang kemudian kita kenal sebagai Sunan Ampel.

Sunan Ampel, dibantu sahabat karibnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta santrinya. Tahun pendirian bangunan masjid tercatat dalam prasasti yang ada di dalam masjid. Pembangunan masjid ini sebagai titik penyebaran Islam di Jawa seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak.

Sejarah mencatat, Sunan Ampel adalah keturunan dari Ibrahim Asmarakandi. Salah satu Raja Champa yang kemudian menetap di Tuban, Jawa Timur. Saat berusia 20 tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa, tepatnya di Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Brawijaya. Saat itu, pengaruh Kerajaan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Budha terbesar melemah.

"Beliau (Sunan Ampel) datang ke sini karena panggilan bibinya, istri dari Raja Brawijaya 5 dari Kerajaan Majapahit. Beliau diminta berdakwah untuk adipati-adipati yang dianggap tidak loyal pada Kerajaan Majapahit. Dengan metode pengajaran beliau, yang disebut Moh Limo itu, beliau diberi sebidang tanah di area sini. Beliau mengajarkan agama Islam dan mengubah akhlak," ulas Ustadz Zainal Abidin, takmir Masjid Ampel.

Sebagai informasi, Moh Limo adalah ajaran yang disebarkan oleh Sunan Ampel. Moh Limo berarti tidak mau melakukan lima hal. Lima hal tersebut berkaitan dengan perilaku maksiat yang berkembang di masyarakat pada masa Sunan Ampel.

Lima hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1 Moh Main

Moh Main berarti tidak bermain judi, seperti bermain kartu yang mempertaruhkan uang.

2. Moh Ngombe

Moh Ngombe berarti tidak meminum minuman yang memabukkan seperti arak dan khamr.

3. Moh Maling

Moh Maling berarti tidak mencuri barang orang lain yang bukan menjadi haknya.

4. Moh Madat

Moh Madat berarti tidak menggunakan barang yang menyebabkan candu, seperti ganja dan lain-lain.

5. Moh Madon

Moh Madon berarti tidak bermain wanita, dalam artian tidak melakukan zina atau percumbuan terhadap lawan jenis yang bukan istrinya.

Lokasi

Masjid Ampel dibangun di atas sebidang tanah seluas 120 x 180 meter persegi di Desa Ampel. Saat ini, lokasi tersebut merupakan Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir Surabaya. Lokasi berada sekitar 2 km ke arah Timur Jembatan Merah. Tidak disebut kapan selesainya pembangunan Masjid Ampel ini.

Selain masjid yang berdiri di atas area 6.000 meter persegi, Sunan Ampel juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel.

Arsitektur Jawa kuno

Islam nusantara tak lepas dari unsur budaya lokal yang khas, salah satunya Masjid Ampel Surabaya ini. Bangunan masjid kental dengan simbol Jawa. Gaya arsitekturnya gabungan Jawa kuno dan nuansa Arab Islami. Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya. Di masjid itu sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.

"Pada waktu itu masih beragama animisme, cara untuk berdakwah tentu memasuki agama mereka, beliau membuat beberapa cara dengan menggabungkan unsur budaya dan agama. Bisa dilihat di atas menara, biasanya masjid menggunakan simbol bulan dan bintang. Tapi Masjid Ampel ini khas, untuk menghormati dan memberikan penghormatan kepada Kerajaan Majapahit, beliau menggunakan ornamen-ornamen seperti Kerajaan Majapahit," jelas Ustadz Zainal Abidin.

Bukti-bukti peninggalan bersejarah Masjid Ampel yang sekarang masih tampak terawat adalah, terdapat pada 16 tiang utama masjid yang terbuat dari kayu jati. Ke-16 tiang tersebut, masing-masing panjangnya 17 meter dengan diameter 60 sentimeter.

Menurut kepercayaan, kayu jati ini mempunyai karomah. Bahkan, ada cerita bahwa Masjid Sunan Ampel tidak mengalami kerusakan kendati berada di lokasi peperangan.

Gapura Simbol Rukun Islam

Masjid Sunan Ampel mengadaptasikan nilai-nilai Islam ke dalam arsitektur Jawa. Gapuro (pintu gerbang), misalnya, berasal dari kata Arab "ghafura" yang berarti ampunan, dibangun di area masjid untuk mengingatkan setiap muslim agar memohon ampunan sebelum memasuki kawasan suci dan mendekatkan diri kepada Allah.

Lima gapura di area Masjid Ampel merupakan simbol Rukun Islam. Lima Rukun Islam adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, memberikan zakat, puasa Ramadan, dan naik haji bila mampu.

Seperti diketahui, berikut ini makna lima gapura di Masjid Ampel:

- Gapura Munggah atau naik sebagai simbol Rukun Islam kelima atau ibadah haji ke Tanah Suci.

- Gapura poso atau puasa melambangkan bulan Ramadan.

- Gapura ngamal atau beramal dengan memberikan zakat sebagai penyuci harta kita.

- Gapura Mangadep sebagai simbol unsur sholat dengan menghadap ke arah kiblat.

- Gapura Paneksen atau kesaksian merupakan simbol membaca dua kalimat syahadat.

Gapura Poso lokasinya tepat di pintu masuk gang tempat pedagang berjualan. Sementara Gapura Mangadep di arah jalan masuk menuju kawasan makam. Gapura Paneksen berada di pintu masuk makam sekaligus pintu yang memisahkan jemaah perempuan dan laki-laki. Sedangkan Gapura Ngamal berada di pintu masuk makam untuk peziarah laki-laki. Hanya ada satu gapura yang berada di luar, yakni Gapuro Munggah.

Lokasi Gapuro Munggah berada di ujung selatan Kampung Ampel Suci yang bermuara di Jalan Sasak Surabaya. Gapuro Munggah yang lebih populer dengan sebutan Lawang Agung itu ditandai dengan adanya anak tangga di akses pintu masuk utama menuju Masjid Ampel melalui kampung Ampel Suci.

Di gapura tersebut, terdapat tulisan Jawa yang tidak banyak diketahui orang. Dengan tulisan Jawa kuno, tulisan tersebut berbunyi "Adhanawalewa Wawadha Arangu Asasawapa". Artinya, barang siapa masuk gapura tanpa ragu semoga dapat berkah. Dari hasil penelitian, tulisan Jawa tersebut mempunyai makna yang mengindikasikan angka tahun Jawa 1461 Saka atau 1539 Masehi. Sehingga, diduga gapura tersebut dibangun pada era setelah Sunan Ampel wafat.

Selain gapura, di samping kiri halaman Masjid Ampel, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininya untuk penguat janji atau sumpah.

Wisata Religi Dikelola Pemkot Surabaya

Sejak tahun 1972 Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya. Seperti lazimnya masjid-masjid besar, Masjid Ampel selalu dijaga dan dirawat kebersihannya. Apalagi, keberadaan Masjid Ampel ini terbilang merupakan peninggalan sejarah.

Tepat di belakang Masjid Ampel terdapat kompleks makam Sunan Ampel yang meninggal pada 1481. Di kawasan ini ada yang menarik yaitu keberadaan Kampung Arab yang sebagian besar ditempati keturunan Arab Yaman dan Cina yang sudah menetap ratusan tahun untuk berdagang. Suasana kehidupan para pedagang ini nyaris seperti suasana di Makkah.

Saat memasuki bulan Ramadhan, Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari pengunjung. Salah satu pengunjung, Bapak Surya dari Surabaya. Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, ia datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel.

"Saya datang untuk berdoa sekaligus wisata religi. Lokasinya ramai karena merupakan tempat bersejarah," tuturnya.

Tags