Blog Tips dan Trik Sarung

Sejarah Sarung di indonesia yang Jadi Pakaian Wajib Hari Santri

Sejarah Sarung di indonesia yang Jadi Pakaian Wajib Hari Santri
Sejarah Sarung di indonesia yang Jadi Pakaian Wajib Hari Santri

Sejarah Sarung yang Jadi Pakaian Wajib Hari Santri

Sarung adalah pakaian yang menjadi identitas santri, yaitu mereka yang belajar agama Islam di pesantren. Penggunaan sarung tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga sebagai busana sehari-hari, selimut, dan bahkan alat bermain. Sarung memiliki sejarah, kontroversi, dan filosofi yang menarik.

Awalnya, penggunaan sarung bercorak batik oleh para santri sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga. Namun, istilah "sarung" untuk jenis pakaian ini baru ditemukan dalam karya sastra pada abad ke-19 yang berjudul Hikayat Qadiroun. Cerita ini menceritakan tentang seorang orang Arab yang menjual sarung kepada masyarakat. Meskipun ada larangan untuk bergerombol menonton pertunjukkan, penggunaan sarung sebagai simbol pergaulan tetap berlanjut.

Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia menetapkan Hari Sarung Nasional pada tanggal 3 Maret. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sarung dalam kebudayaan Indonesia. Pada tahun 2023, Kementerian Agama juga menetapkan pakaian wajib untuk apel hari santri, yaitu peci hitam, atasan putih, dan bawahan sarung. Hal ini dilakukan untuk memperingati peran santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sarung dipilih sebagai pakaian wajib karena memiliki makna dan filosofi yang mendalam bagi santri. Sarung merupakan simbol budaya yang khas Indonesia dan tidak dimiliki oleh bangsa dan negara lain. Selain itu, sarung juga melambangkan kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebersamaan. Penggunaan sarung juga mengajarkan santri untuk mengendalikan nafsu, menjaga aurat, dan menjauhi sikap buruk.

Dengan demikian, sarung memiliki peran penting dalam kehidupan santri dan menjadi simbol identitas serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya Indonesia.

Asal Usul Sarung, Berasal dari Kosa Kata Bahasa Arab

Sarung, pakaian yang sering digunakan oleh pria di Indonesia, ternyata berasal dari kosa kata bahasa Arab. Kata "sarung" merupakan penyerapan dari kata "syar'i" dalam bahasa Arab yang memiliki arti sebagai sesuatu yang harus diikuti oleh umat Islam, termasuk dalam cara berpakaian. Awalnya, kata "syar'i" memiliki bentuk lain yang disebut "syar'un", namun karena masyarakat Indonesia pada saat itu tidak bisa menyebut "n" dalam serapan kata tersebut, maka mereka lebih sering menyebutnya sebagai "sarung". Istilah ini kemudian digunakan hingga saat ini. Jadi, dapat dikatakan bahwa sarung memiliki asal usul dari bahasa Arab dan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi berpakaian di Indonesia.

Kontroversi Sejarah Sarung

Kontroversi Sejarah Sarung adalah perdebatan yang muncul terkait asal-usul dan penggunaan sarung di Indonesia. Salah satu kontroversi adalah klaim Malaysia yang mengatakan bahwa sarung adalah warisan budaya mereka. Namun, klaim ini menuai protes dari Indonesia karena sarung juga digunakan oleh banyak negara di Asia Tenggara dan memiliki variasi motif yang lebih banyak. Kontroversi lainnya adalah tentang penggunaan sarung oleh wanita. Di beberapa daerah, sarung bisa dikenakan oleh pria dan wanita, namun di daerah lain, sarung lebih identik dengan pakaian pria. Pertanyaannya adalah apakah wanita boleh menggunakan sarung atau tidak. Menurut beberapa ulama, wanita boleh menggunakan sarung dengan syarat-syarat tertentu, seperti menutup aurat dan tidak menyerupai pakaian pria.

Filosofi Sarung bagi Santri

Filosofi sarung bagi santri adalah tentang makna dan pesan yang terkandung dalam penggunaan sarung sebagai pakaian wajib. Sarung mengajarkan santri untuk memiliki sikap sederhana, rendah hati, dan bersama-sama. Sarung juga mengajarkan santri untuk mengendalikan nafsu, menjaga aurat, dan menjauhi sikap buruk.

Pertama, sarung adalah kain yang panjang dan lebar tanpa karet, resleting, atau kancing. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki pemikiran yang luas dan tidak sempit, serta tidak terikat oleh hal-hal yang menghalangi kemajuan.

Kedua, sarung adalah kain yang adem dan nyaman dipakai. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki hati yang adem dan tidak mudah emosi, serta harus membuat orang lain merasa nyaman dan damai.

Ketiga, sarung adalah kain yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan.

Keempat, sarung adalah kain yang memiliki motif dan warna yang beragam. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus menghargai keragaman dan keberagaman dalam masyarakat, serta tidak membeda-bedakan orang berdasarkan suku, ras, agama, atau golongan.

Kelima, sarung adalah kain yang harus diikat dengan benar agar tidak lepas. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus menjaga komitmen dan tanggung jawab dalam segala hal, serta tidak mudah goyah atau tergoda oleh hal-hal yang negatif.

Dengan memahami filosofi sarung bagi santri, diharapkan santri dapat mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Tags