Blog Islam Sehari-hari Ilmu Tauhid

Bagaimana Strategi untuk Meneladani Asmaul Husna Al-Matin

Kaligrafi al matin
Kaligrafi al matin

Sebelum memasuki pembahasan soal Strategi untuk meneladani Asmaul Husna al-Matin, terlebih dulu perlu dipahami firman Allah tentang Asmaul Husna. Demikian pula penjelasan soal tersebut dari Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW).

Hanya milik Allah Asma’-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’-ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raaf: 180)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa dapat menghitungnya, maka akan masuk Surga. Allah itu tunggal dan menyukai yang ganjil.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, memperhitungkannya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya: jika seseorang mengetahui bahwa Allah itu adalah “al-Ghafuur” [Yang Mahapengampun] maka ketika ia terlanjur berbuat dosa, maka ia segera menghentikan perbuatan dosanya dan segera bertaubat serta ia tidak berputus asa dari ampunan Allah, karena ia yakin bahwa Allah adalah [Yang Mahapengampun], betapapun besarnya dosa yang telah diperbuatnya.

Di antara Asmaul Husna terdapat nama Al-Matin. Al-Matin memiliki arti Yang Maha Kukuh, artinya Kekukuhan dan kekuatan Allah itu sempurna tidak tergoyahkan. Allah mampu memberikan rahmat maupun azab kepada mereka yang dikehendakiNya.

Meneladani Asmaul Husna Al-Matin

Bagaimana Strategi untuk dapat meneladani Asmaul Husna Al-Matin? Ada beberapa strategi agar makna tersebut bisa dipahami dengan mudah bagi setiap Muslim. Di antaranya, Pertama, Beristiqomah (meneguhkan pendirian), Kedua, Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan. Ketiga, Kuat pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah diberikan tipu daya. Keempat, erus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.

1) Beristiqomah (Meneguhkan pendirian)

Istiqomah adalah adalah bagian dari merebut kesuksesan banyak hal. Istiqomah sebagai parameter kesuksesan sangat perlu diekspansikan, untuk menunjang sikap move on dari keterpurukan hidup. Istiqomah berakidah menjadi kunci menuju bahagia di akhirat.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) selalu beristiqomah dalam hal kebaikan. Konotasi istiqomah rosul mencapai batas ujung. Dalam mendidik sahabatnya pun, beliau selalu istiqomah, sahabat pun dituntut istiqomah dalam ilmu dan amal.

Perilaku Istiqomah. Keistiqomahan Rasulullah dalam mendidik sahabatnya terefleksi dalam beberapa riwayat. Dikisahkan, dalam kitab Riyadhusshalihin karya Imam Abi Zakariya Yahya An Nawawi (Damaskus), sahabat Abi Amrah Sufyan bin Abdillah hendak meminta wasiat kepada Rasul. Sahabat tersebut mengutarakan niatnya untuk diberikan satu ajaran Islam yang dengannnya dia menjadi beriman dan tidak lagi bertanya kepada orang lain.

قلت له يا رسول الله قل لى فى الاسلام قولا لا اسأل عنه احدا غيرك

“Aku berkata: Ya Rasulallah, katakan padaku tentang Islam, yang dengannya aku tidak lagi bertanya kepada selain mu”

Rasulullah menjawab:

قل امنت بالله ثم استقم

“Ucapkanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah”

Secara implisit, Rasulullah memberikan pesan bahwa akidah (teologi) Islam bersifat istimrar (lestari) dan statis (konservatif). Artinya, seorang muslim/mah wajib menjaga akidah (teologi) dalam diri seorang muslim hingga batas waktu hidup habis. Penjagaan akidah tersebut berguna bagi nasib kehidupan pasca-dunia (akhirat).

2) Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan.

Kewajiban ibadah yang Allah bebankan kepada hamba-hamba-Nya tidak mungkin dapat terlaksana tanpa kesungguhan dan tekad kuat. Karena rintangan dan gangguan akan selalu mengiringi setiap Muslim ketika ia menunaikan titah Allah dan berusaha mencapai keridhaan-Nya.

Musuh-musuh yang menghalangi jalannya tidak akan pernah lelah menggelincirkannya dari jalan Allah, memalingkannya dari tugas ibadah yang sedang diembannya.

Oleh karena itu, perintah-perintah kebaikan yang Allah sampaikan dalam Al-Quran seringkali diungkapkan dengan penekanan, yang menunjukkan bahwa perintah itu hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Seperti ketika Allah memerintahkan untuk berjihad,

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ

“Dan berjihadlah kalian di (jalan) Allah dengan sebenar-benar jihad.” (QS. Al Hajj [22]: 78)

3) Kuat pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah mendapat tipu daya.

Setiap pribadi Muslim mengambil spirit dari sifat-sifat Allah dan nama-nama terbaik Allah. Guna menguatkan pendirian dan meraih sifat keteguhan hati agar tidak mudah mendapat tipu daya.

Dengan kuatnya pendirian, kita selalu berusaha untuk berjalan di jalur yang benar. Baik jihad melawan hawa nafsu, setan, orang-orang kafir atau orang-orang munafik. Semuanya harus dilakukan dengan kesungguhan dan segenap kemampuan; dengan harta, lisan dan jiwa sekalipun. Jika tidak, manusia tidak akan pernah muncul sebagai pemenang.

Begitu pun ketika Allah memerintahkan untuk bertakwa,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102)

Bertakwa kepada Allah tidak mungkin dapat diwujudkan dengan sikap santai, mudah menyerah, tidak hati-hati dan ceroboh. Abu Hurairah, ketika ditanya tentang makna takwa beliau menjawab, “Pernahkah kamu berjalan di suatu jalan yang penuh dengan duri? Begitulah takwa.”

Perintah bersungguh-sungguh juga terdapat dalam perintah Allah untuk berpegang teguh dengan wahyu Allah, Al-Quran,

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Maka berpegang teguh-lah dengan sesuatu yang diwahyukan kepadamu, sesungguhnya engkau berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Az Zukhruf [43]: 43)

Dalam bahasa Arab, kata “istamsik” menunjukkan makna penekanan, berbeda dengan “imsik” atau “tamassak” (berpeganglah). Dalam hadis perintah berpegang teguh kepada sunnah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Peganglah sunnah itu, dan gigitlah dengan gigi geraham!”

Al-Imam Ibnu Rajab mengatakan bahwa maknanya, akan banyak pengganggu-pengganggu yang mengganggu seorang Muslim agar ia melepaskan sunnah yang dipegangnya.

Perintah bersungguh-sungguh juga terdapat dalam perintah Allah untuk bersabar di dalam beribadah kepada-Nya,

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

“Allah adalah Rabb langit dan bumi, serta apa yang ada diantara keduanya, maka ibadahilah Dia, serta bersabarlah dengan sungguh-sungguh di dalam beribadah kepadanya, apakah kamu melihat yang serupa dengan-Nya.” (QS. Maryam [19]: 65)

Begitupun dalam bahasa Arab, kata, “ishthabir” menunjukkan makna penekanan, berbeda dengan “ishbir” (bersabarlah)

4) Terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.

Sebagai Muslim yang baik berusaha untuk menguatkan dirinya menjadi Mukmin, terus berusaha dan tidak putus asa.

Dengan menyakini bahwa Allah SWT Maha Mulia maka kita akan senantiasa bersifat mulia dan berbuat baik pada siapa saja. Tidak akan pernah berbuat buruk(jahat) pada orang lain.

Menghargai diri dengan iman dan takwa, maka kita akan menjadi pribadi yang mulia(baik). Menjadi pribadi yang selalu ingin beribadah kepada Allah SWT.

Seorang Mukmin akan selalu berusaha untuk mempertebal keimanan. Harus meyakini bahwa Allah Swt yang Maha Kokoh, Allah SWT yang membuat kita dapat hidup. Agar kita menyadari bahwa kita adalah manusia yang lemah.

Akhirnya, dalam memahami Asmaul Husna Al-Matin, umat Islam berusaha untuk selalu beristiqomah baik dalam ibadah maupun dalam melakukan amalan-amalan lainnya dalam kehidupan. Contohnya istiqomah sebagai seorang Muslim, berarti ia akan teguh menjalankan segala kewajiban seperti sholat lima waktu.

Meneladani Asmaul Husna Al-Matin, berarti beribadah sungguh-sungguh sehingga kita dapat meraih sifat Allah, kukuh dalam keyakinan bahwa ibadah yang dilakukan adalah benar sesuai dengan perintah Allah SWT.

Sedangkan berusaha terus menerus juga merupakan sikap yang memiliki keyakinan yang teguh. Umat Islam berusaha mencapai cita-cita, dengan yakin bahwa kita akan kuat sebab ada Allah yang Maha Kuat.

Meneladani Aslamu Husna Al-Matin, seorang Muslim beisfat rendah hati, yang berarti sebagai makhluk ciptaan Allah, hanya Allahlah yang Maha Kuat dan Kukuh sehingga setiap Muslim tidak boleh sombong karena sudah seharusnya bersikap rendah hati. Sebab hanya Allahlah yang Maha Kuat.

Demikian Wallalhu a'lam. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Tags