Blog Islam Sehari-hari Ilmu Tauhid

Mengenal Arti Nifaq dan Dampak Negatifnya

Ilustrasi perilaku Nifaq yang merupakan akhlak tercela. (Foto: Istmewa)
Ilustrasi perilaku Nifaq yang merupakan akhlak tercela. (Foto: Istmewa)

Nifaq merupakan salah satu akhlak tercela. Sedangkan orang yang melakukan perbuatan nifaq disebut munafik. Oleh karena itu, manusia perlu menjaga hati agar terhindar dari perbuatan Nifaq.

Pengertian Nifaq

Secara bahasa, nifaq berasal dari kata nafiqa yang artnya salah satu lubang tempat keluarnya yarbu (hewan sejenis tikus). Selain itu, nifaq juga berasal dari kata Nafaq, yaitu lubang tempat bersembunyi.

Ada juga berpendapat nifaq berasal dari An-Nifaq secara istilah syara' berarti menutup kekufuran dan memperlihatkan keimanan. Dengan kata lain, orang yang munafik ucapannya berbeda dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan batinnya dan yang tampak darinya bertentangan dengan apa yang disembunyikannya dalam hati.

Dinamakan demikian karena dia masuk pada syara‟ dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya:

اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah [9]: 67).

Jenis-jenis Nifaq

Terdapat dua jenis nifaq (kemunafikan), yakni nifaq Akbar yang disebut juga Nifaq I'tiqadi (keyakinan) dan Nifaq Amali (perbuatan).

  1. Nifaq I'tiqadi (Keyakinan)

    Nifaq I'tiqadi adalah nifaq besar, dimana pelakunya menampakkan keislaman tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada di dalam kerak Neraka.

    Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan seperti kekufuran ketiadaan iman, mengolok-olok agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.

    Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi juga agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka.

    Nifaq jenis ini ada empat macam:

    a. Mendustakan Rasulullah SAW. atau mendustakan sebagian dari pada apa yang Beliau bawa.

    b. Membenci Rasulullah SAW atau membenci sebagian apa yang Beliau bawa.

    c. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.

    d. Tidak senang dengan kemenangan Islam.

  2. Nifaq Amali (Perbuatan)

    Nifaq Amali adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik tetapi masih tetap ada iman di dalam hatinya. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya banyak, maka bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq yang sesungguhnya.

    Berdasarkan sabda Nabi SAW: “Dari Abdullah ibn 'Amr bahwa Nabi Saw bersabda: "Empat sifat yang barang siapa mengerjakannya, maka ia menjadi munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat itu, maka di dalam dirinya terdapat sifat nifaq sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat, (2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4) apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri)." (H.R. Bukhari, Muslim).

Sejarah Kemunculan Nifaq

Pada dasarnya Nifaq muncul bersamaan dengan kehadiran Rasulullah menyebarkan dakwah Islam di Mekah. Menurut Ibnu alQayyim al-Jauzi,1 nifaq sudah muncul ketika Nabi masih berada di Mekah.

Fenomena murtad pada sebagian kaum muslimin akibat dari penindasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy menunjukkan bahwa murtad merupakan bagian dari kemunafikan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya iman orang-orang yang menyatakan masuk Islam ketika itu.

Meskipun sudah ada gejala nifaq di Mekah, namun belum begitu kuat dan nyata, sebab jumlah umat Islam saat itu masih sedikit. Demikian juga dakwah Islam masih dalam kondisi lemah dan terbatas.

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, dakwah Islam mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat signifikan. Dengan semakin kuatnya fondasi Islam, maka semakin kuat pula tantangan yang dihadapinya dalam menyebarkan dakwah.

Di Madinah, umat Islam tidak hanya berhadapan dengan orang-orang kafir yang terdiri atas Quraisy Mekah dan Ahli kitab, tetapi juga berhadapan dengan orang-orang yang menyatakan dirinya masuk Islam namun menyimpan sifat nifaq yang akan merongrong dakwah Islam dari dalam.

Contoh dan Bentuk Perbuatan Munafik

  • Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata

  • Tidak mampu ber-amar ma'ruf nahi munkar

  • Sering kali dalam pembicaraannya menyidir dan menyakiti Nabi atau Islam

  • Ragu terhadap kebenaran Islam

  • Enggan melakukan shalat, kalaupun ia melakukan, pasti karena paksaan orang lain

  • Tidak punya kepastian dalam berpikir dan bertindak

  • Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat

  • Suka membual mengenai keindahan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat

Sifat-sifat Nifaq

Mengutip dari Musa Nasr Muhammad menurut Al-Qur'an dan As Sunnah (2011), sifat-sifat munafik terdiri dari beberapa hal, yaitu:

  • Berbuat kerusakan dimuka bumi.

    Allah SWT berfirman:

    اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

    "Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar". (QS. Al-Baqarah [2]: 12).

  • Membuat was-was (bimbang) dan selalu manis dalam bertutur kata.

    Allah SWT berfirman:

    وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ

    “Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. Al An'am [6]:112.

  • Menipu dan mengecoh.

    Allah SWT berfirman:

    يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ

    “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah [2]: 9).

  • Mengejek dan tidak punya pendirian.

    Allah SWT berfirman:

    وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

    “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (QS. Al-Baqarah [2]: 14).

  • Malas, Riya' dalam ibadah dan lalai berdzikir kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan lemahnya tekad dan cita-cita.

    Allah SWT berfirman:

    اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ

    “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa‟ [4]: 142).

  • Tidak mensyukuri atas karunia panca indera.

    Allah SWT berfirman:

    صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ

    “Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al Baqarah [2]: 18).

  • Mereka selalu mengawasi dan mengintai orang-orang beriman dan bersekongkol untuk menghantam mereka setiap kali ada kesempatan.

    Allah SWT berfirman:

    الَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ

    “(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa‟ [4]: 141).

  • Menghalangi dan menyimpang hukum Allah SWT dan Rasul-Nya dan tidak mau tunduk kepada syari‟at islam.

    Allah SWT berfirman:

    اِتَّخَذُوۡۤا اَیۡمَانَہُمۡ جُنَّۃً فَصَدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ فَلَہُمۡ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ

    “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.” (QS. Al-Mujȃdalah [58]:16).

  • Membenarkan perbuatannya yang keji, ketika terungkap dalam sumpah palsunya.

    Perhatikanlah Firman Allah SWT:

    فَكَيْفَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ثُمَّ جَاۤءُوْكَ يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ ۖاِنْ اَرَدْنَآ اِلَّآ اِحْسَانًا وَّتَوْفِيْقًا

    “Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.” (QS. An- Nisa‟ [4]: 62).

  • Memperhatikan penampilan luar dan mengabaikan isi.

    Mereka memperindah kata-kata namun tidak membaguskan amal. Keadaan mereka seperti akar yang kering di bumi yang tidak bermanfaat lalu roboh dan disandarkan ke dinding kemudia dilalaikan dan diluapkan.

    Allah SWT berfirman:

    وَ اِذَا رَاَیۡتَہُمۡ تُعۡجِبُکَ اَجۡسَامُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡا تَسۡمَعۡ لِقَوۡلِہِمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ ؕ یَحۡسَبُوۡنَ کُلَّ صَیۡحَۃٍ عَلَیۡہِمۡ ؕ ہُمُ الۡعَدُوُّ فَاحۡذَرۡہُمۡ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ

    “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?.” (QS. Al-Munȃfiqȗn [63]: 4).

  • Meraka gembira dan senang ketika orang-orang mukmin tertimpa musibah dan sedih ketika orang-orang mukmin mendapatkan kemenangan atau kebaikan.

    Allah SWT berfirman:

    اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۚ وَاِنْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَآ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ

    "Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. At-Taubah [9]: 50).

  • Mencari ridha manusia sekalipun dibenci oleh Allah Swt.

    Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:

    يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ ۚفَاِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يَرْضٰى عَنِ الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ

    “Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. tetapi jika Sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” (QS. At-Taubah [9]: 96).

  • Mengejek orang beriman dengan mata dan isyarat serta mengolok-olok mereka.

    Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:

    اَلَّذِيْنَ يَلْمِزُوْنَ الْمُطَّوِّعِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى الصَّدَقٰتِ وَالَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ اِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُوْنَ مِنْهُمْ ۗسَخِرَ اللّٰهُ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

    “(orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orangorang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orangorang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah [9]: 79).

  • Melemahkan semangat orang beriman untuk perang, menyebar fitnah dan membuat kerusakan, sehingga Allah SWT tidak menyukai langkah mereka dan Allah SWT menetapkan kepada mereka untuk duduk bertopang dagu bersama kaum wanita dan anak-anak.

    Allah SWT berfirman:

    ۞ وَلَوْ اَرَادُوا الْخُرُوْجَ لَاَعَدُّوْا لَهٗ عُدَّةً وَّلٰكِنْ كَرِهَ اللّٰهُ انْۢبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيْلَ اقْعُدُوْا مَعَ الْقٰعِدِيْنَ

    لَوْ خَرَجُوْا فِيْكُمْ مَّا زَادُوْكُمْ اِلَّا خَبَالًا وَّلَاَوْضَعُوْا خِلٰلَكُمْ يَبْغُوْنَكُمُ الْفِتْنَةَۚ وَفِيْكُمْ سَمّٰعُوْنَ لَهُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالظّٰلِمِيْنَ

    “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orangorang yang zalim.” (QS. At-Taubah [9]: 46-47).

  • Mengutamakan dunia atas akhirat dan mementingkan kesenangan yang fana dari pada kenikmatan abadi.

    Mereka bersegera mengambil ghanimah (harta rampasan perang) kalau sedang dibagi, padahal mereka tidak ikut berjuang menghadapi musuh Allah SWT.

    Allah SWT berfirman:

    لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيْبًا وَّسَفَرًا قَاصِدًا لَّاتَّبَعُوْكَ وَلٰكِنْۢ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُۗ وَسَيَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْۚ يُهْلِكُوْنَ اَنْفُسَهُمْۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ࣖ

    “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benarbenar orang-orang yang berdusta.” (QS. At-Taubah [9]: 42).

Pada hakikatnya dari semua sifat Nifaq (munafik), intinya adalah mereka sedang menunggu kesempatan yang baik untuk menipu sesamanya dan mengeruk keuntungan material bagi kepentingan diri sendiri.

Akibat Buruk dari Sifat Nifaq

Berikut beberapa akibat buruk dari sifat nifaq:

Bagi diri sendiri

  • Tercela dalam pandangan Allah SWT dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri

  • Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya

  • Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari

  • Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai lagi

  • Mendapat siksa yang amat pedih kelak di hari akhir

Bagi orang lain

  • Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan yang telah terjalin dengan baik

  • Membuka peluang munculnya fitnag karena ucapan atau perbuatannya tidak menentu

  • Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenanya

Cara Menghindari Nifaq

Berikut beberapa cara menghindari Nifaq:

  1. Menyadari bahwa nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari

  2. Mengingat bahwa nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan masyarakat

  3. Mengingat bahwa nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia

  4. Menyadari bahwa kejujuran dapat menenteramkan hati

(WIT)

Tags