Mengenal Dalil Quran dan Hadist tentang Ikhlas dalam Amal Ibadah
Dalam Islam, keikhlasan melakukan amal ibadah merupakan kehendak yang hanya mengharapkan rido Allah subhanahu wa ta'ala. Niat ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam dalam beramal ibadah merupakan syarat utama agar Allah subhanahu wa ta'ala menerima amal tersebut.
Perintah ini tertuang dalam Al Qur’an, surat Al-Kahfi ayat 110 dan berbagai hadist tentang ikhlas, termasuk HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Khattab berikut:
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.”
Intisari:
Amal ibadah yang dilakukan dengan niat yang tidak bersih atau melihat nilai duniawi tidak mendapat ganjaran yang sempurna, tertolak, dan dapat menjadi beban dosa.
Arti Ikhlas dalam Islam
Mengutip dari Bimbingan Islam, secara bahasa, arti ikhlas adalah memurnikan. Para ulama memberikan penjabaran makna yang beragam, dengan kesimpulan bahwa ikhlas adalah niat yang bersih dalam beramal ibadah dengan mengharap wajah, rido, dan pahala dari Allah semata, dan bukan karena ingin mendapat pengakuan atau pujian dari makhluk Allah.
Niat beramal yang ikhlas memiliki pengaruh pada kualitas ibadah seorang hamba dan ganjaran yang akan mereka terima di akhirat kelak.
Jika seorang muslim beramal soleh dengan niat mendapatkan pujian atau perlakuan baik dari makhluk, maka amalnya tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’aalaa. Bahkan, kondisi tersebut dapat menjerumuskannya ke dalam perbuatan syirik (menyekutukan Allah subhanahu wa ta’aalaa).
Berbagai Dalil dari Qur’an dan Hadist tentang Ikhlas
Memiliki keikhlasan dalam beramal ibadah merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Berbagai dalil al Quran dan hadist tentang sabar ikhlas pemaaf berikut ini turut menekankan kualitas pribadi yang sepatutnya dimiliki seorang muslim/muslimah dalam beramal soleh.
Dalil dari Al Qur’an
Landasan amal yang diterima: beribadah sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam dengan niat ikhlas hanya untuk Allah subhanahu wa ta'ala.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصࣰا لَّهُ ٱلدِّینَأَلَا لِلَّهِ ٱلدِّینُ ٱلۡخَالِصُۚ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab dengan benar, maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya agama (amalan) yang murni (ikhlas) itu merupakan hak Allah.” (QS. Az-Zumar: 2-3)
Hadits Mengenai Keikhlasan dalam Beribadah
Berikut ini adalah salah satu hadits lain dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang menekankan perintah ikhlas dalam amal ibadah.
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang murni untuk-Nya, dan diniatkan untuk mendapatkan wajah-Nya.” (HR. An-Nasa’i no. 3140, disahihkan Al-Albani).
Meskipun tidak ada dalil tunggal berupa hadist Rasulullah tentang sikap ikhlas sabar dan pemaaf sekaligus, tetapi ikhlas dan sabar memiliki keterkaitan dengan kuatnya iman seorang muslim dan memiliki keutamaan khusus di sisi Allah subhanahu wa ta'ala.
Tanda-tanda Orang yang Ikhlas Beramal
Para ulama memberikan penjelasan tentang tanda keikhlasan dalam beribadah. Hal ini berdasarkan dalil dan atsar di bawah ini.
1. Tidak Memedulikan Pujian maupun Celaan Manusia
Mengutip dari laman Rumaysho, Abdul Qosim menyebutkan bahwa di antara tanda ikhlas beramal ibadah adalah tidak menginginkan pujian dari makhluk Allah. Sementara, Dzun Nuun rahimahullah juga menyebutkan hal serupa, yaitu ketika seorang hamba menganggap pujian maupun celaan dari makhluk adalah sesuatu hal yang sama.
Artinya, pujian maupun celaan dari makhluk tidak membuatnya berbangga diri atau kehilangan semangat beribadah, karena tujuan utamanya adalah kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Tetap Beramal Soleh Meskipun Tidak Dilihat Orang Lain
Melakukan amal soleh secara terang-terangan memiliki faedah kebaikan karena dapat menjadi contoh maupun pengingat bagi orang lain. Akan tetapi, beribadah secara sembunyi-sembunyi, di kala orang lain tidak melihat, memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.” (HR. Muslim no. 2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash)
3. Hatinya Tenang Karena Yakin Allah Subhanahu Wa Ta’ala Mengetahui Niatnya
Hatinya tidak dipenuhi gejolak atau dorongan untuk mencari ketenaran dunia dan lebih tenang ketika mampu menyembunyikan amalan solih yang perlu disembunyikan. Sebaliknya, hatinya penuh harapan untuk dapat mendapat ganjaran sempurna, yaitu pahala, surga, dan melihat wajah Rabb yang menciptakannya di akhirat kelak.
Cara Menumbuhkan Ikhlas dalam Beramal
Berikut ini adalah sejumlah pendekatan yang dapat dipelajari dan dipraktikkan untuk menanamkan ikhlas dalam niat beribadah dan beramal soleh.
1. Memohon Perlindungan pada Allah
Setan selalu menggoda manusia melakukan sesuatu yang Allah larang. Maka jika godaan tersebut terasa, mintalah perlindungan pada Allah. Amalkan pula doa berikut ini:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syirik yang aku sadari dan aku memohon ampun kepada-Mu dari syirik yang tidak aku sadari.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad 716).
2. Mempelajari Sifat dan Nama Allah serta Ilmu tentang Ikhlas dan Riya
Memahami sifat dan nama Allah subhanahu wa ta'ala membantu seorang hamba mendalami ilmu tauhid (keesaan Allah). Pemahaman ini juga akan menyadarkan seorang muslim betapa besar bahaya riya’ sekaligus mulianya ketaatan pada Allah ‘azza wa jalla semata.
3. Membiasakan Muraqabatullah dan Muhasabah
Murabaqatullah sederhananya adalah menyadari bahwa Allah Maha Melihat. Ketika seorang hamba ingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, rasa takut dan pengharapan hanya pada Allah menjadi alat kontrolnya. Sementara bermuhasabah atau evaluasi diri membantunya melakukan perbaikan dalam diri dan amalan-amalannya.
Hikmah Hadist tentang Ikhlas
Keikhlasan merupakan inti ibadah dan akhlak seorang muslim/muslimah, sekaligus penuntun hati seorang hamba pada ketenangan dan kekuatan serta keberkahan dalam beramal ibadah.
Sepatutnya seorang muslim terus berupaya memperbaiki niatnya dalam beribadah agar Allah subhanahu wa ta'ala rido dan menerimanya.
FAQs
1. Apa solusi untuk mengusahakan ikhlas?
Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengesampingkan ketamakan pada dunia dan menampik dorongan nafsu pribadi.
2. Apa makna dari mengasingkan diri dalam hadits Sa’ab ibn Abi Waqqash?
Artinya amalannya tidak sering diperlihatkan pada orang lain.
3. Apa salah satu makna ikhlas?
Mencari ridho Allah untuk mendapat pahala yang besar.
4. Apa itu riya’?
Keinginan mendapat pujian dari manusia.