Blog Islam Sehari-hari Ilmu Tauhid

Mengimani Wujud Allah SWT

Kekuasaan Allah Ta'ala meliputi segala yang ada di langit dan di bumi dan seluruh jagat raya. (Ilustrasi)
Kekuasaan Allah Ta'ala meliputi segala yang ada di langit dan di bumi dan seluruh jagat raya. (Ilustrasi)

Iman kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (SWT) adalah Rukun Iman yang pertama. Rukun pertama ini sangat penting dan memiliki kedudukan tertinggi dalam Islam. Dalam Rukun Iman dijelaskan bahwa iman kepada Allah Subhanhau wa ta’ala adalah mempercayainya, meyakininya dengan sepenuh hati.

Percaya bahwa Allah Subhanhau wa ta’ala lah yang berhak disembah dan pemilik dari alam semesta ini dan semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak dariNya.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil menegaskan bahwa iman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala mencakup empat perkara, yaitu:

Pertama, Iman Terhadap Keberadaan (Wujud) Allah SWT

  1. Secara fitrah Allah menciptakan setiap makhluk beriman kepada Sang Pencipta. Dalam firman-Nya,

    فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”(Al-Quran Surat Ar-Rum: 30)

  2. Akal yang kita miliki mengisyaratkan bahwa alam ini ada penciptanya. Sedangkan setiap makhluk baik yang terdahulu maupun akan datang hauslah ada zat yang menciptakan dan mengadakannya.

    “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).”(Al-Quran Surat Ath Thur: 35-36)

  3. Selain itu, panca indra yang kita miliki adalah salah satu tanda yang menunjukan akan keberadaan Allah subahanhau wa ta’ala. Kita yang bisa merasakan hangatnya sinar maahari dan menyaksikan pergantian siang dan malam adalah bukti nyatanya.

    يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

    “Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.”(QS. An Nur: 44)

  4. Adanya syariat mengisyaratkan adanya Allah SWT.

    Hukum-hukum terkait kepentingan umat Allah yang tertuliskan dalam kitab-kitabNya melalui para Nabi dan RasulNya. Disebutkan dari semua itu adalah bukti nyata bahwa hukum tersebut dibuat oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kedua, Iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Tidak Ada Sekutu BagiNya

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah zat yang menciptakan semua makhuk, mengadakan segala sesuatunya, membentuk alam semesta, menciptakan langit dan bumi, menciptakan matahari dan bulan, menciotakan malam dan siang, hewan, tumbuhan, lautan, dan juga gunung. Maka hanya Dial ah yang berhak disembah, karena Dialah yang menciptakan semuanya.

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ ۗوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu..”(QS al-Maidah: 120)

Ketiga, Beriman dengan Uluhiyyah Allah SWT

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Yang Maha Esa dalam sisi rububiyyah (ketuhanan) tidak ada sekuti bagi-Nya, dan Esa dalam uluhiyyah (peribadatan) tidak ada sekutu bagiNya. Maka hanya Dialah yang berhak untuk disembah. Menyembah kepada-Nya dengan apa yang semua diperintahkan-Nya tanpa mempersekutukan-Nya.

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”(QS al-An’am: 102)

Keempat, Beriman dengan Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah SWT

Asmaul Husna yang kita ketahui adalah nama-nama yang menggambarkan akan sifat-sifat dari Allah subhanhau wa ta’ala yang terdiri atas 99 nama, di antaranya adalah Ar Rahman, Al Malik, As Salam, dan lainnya.

Dari semua nama dan juga sifat tersebut kita harus meyakininya dengan memahaminya, menghafal, mengakui, dan menyembah Allah subhanhau wa ta’ala dengannya.

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(QS al-A’raf: 180)

Akhirnya, jika seseorang mengaku beriman kepada Allah, haruslah terpenuhi dalam keyakinannya tentang empat hal di atas. Jika hilang salah satunya atau tidak terpenuhi, maka iman kepada Allah tidak sah.

Sebagaimana disampaikan Syekh Abdullah Al-Fauzan dalam Hushulul Ma’mul,

“Iman kepada Allah mengandung empat unsur wajib, yaitu: 1) iman terhadap adanya Allah, 2) iman kepada rububiyah Allah, 3) iman kepada uluhiyah Allah, dan 4) iman bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna.” (Husulul Ma’mul Fii Syarhi Tsalatsatil Usul, hlm. 142)

Seluruh manusia telah bersepakat, kecuali yang menyimpang, bahwasanya mengetahui adanya wujud Allah tidak dapat dicapai dengan cara melihat wujud-Nya tatkala kita di dunia. Hal ini berdasarkan firman Allah,

وَلَمَّا جَاۤءَ مُوسَىٰ لِمِیقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِیۤ أَنظُرۡ إِلَیۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِی وَلَـٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِیۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكࣰّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقࣰاۚ فَلَمَّاۤ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَیۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ

“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.’ (Allah) berfirman, ‘Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.’ Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, ‘Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.’” (QS. Al-A’raf: 143)

Selain dari ayat di atas, juga terdapat hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda,

تَعَلَّمُوا أنَّهُ لَنْ يَرَى أحَدُ مِنْكُمْ رَبَّهُ حَتَّى يَمُوْتَ

“Ketahuilah oleh kalian, bahwasanya salah seorang di antara kalian tidak akan dapat melihat Tuhannya sampai kalian meninggal (mati).” (HR. Muslim no. 169)

Hadits di atas menceritakan bahwa mustahil bagi seorang hamba ketika masih hidup di dunia untuk melihat Allah Ta’ala.

Demikian wallahu a'lam bisshowab. Semoga bermanfaat untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita semua seluruh umat Islam dan orang-orang yang beriman. Amiin.

Tags