Blog Islam Sehari-hari Alquran dan Hadist

Lauhul Mahfudz, Kitab Dibalik Rahasia Langit dan Bumi

Ilustrasi kitab Lauhul Mahfudz, rahasia dibalik alam semesta. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi kitab Lauhul Mahfudz, rahasia dibalik alam semesta. (Foto: Istimewa)

Lauhul Mahfudz umumnya dipahami banyak orang sebagai sebuah kitab yang menuliskan seluruh catatan mengenai takdir dan kejadian yang terjadi di alam semesta. Lauhul mahfudz juga memiliki sifat terjaga dan sudah ada dan tercipta sebelum dimulainya penciptaan alam jagat raya dan umat manusia.

Secara harfiah, istilah Lauhul Mahfudz berasal dari bahasa Arab yaitu kata Lauh yang memiliki arti sebagai tulang yang lebar dan dapat ditulisi. Sementara, untuk kata Mahfudz sendiri dapat diartikan sebagai yang terpelihara. Jadi, kedua kata tersebut dapat dikatakan memiliki pengertian sebagai sebuah kitab yang terjaga dan segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak akan berubah atau rusak.

Lauhul Mahfudz sendiri memiliki beberapa nama yang lain, mulai dari Kitaabun Min Qabli yang berarti kitab ketetapan, kemudian Ummu Al-kitab yang berarti induk kitab, lalu Kitabbim Maknuun yang berarti kitab yang terpelihara, hingga Kitabbim Mubiin yang berarti kitab yang nyata.

Dalam Al quran, kata Lauhul Mahfudz telah disebutkan hingga sebanyak 13 kali. Akan tetapi, penyebutan lauhul mahfudz tersebut belum jelas dan lengkap, karena hanya penjelasan secara sekilas.

Arti Lauhul Mahfudz Menurut Para Ulama

  1. Ibnu Mandzur

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Ibnu Mandzur juga menyampaikan bahwa kata lauh memiliki arti alas lebar yang terbuat dari papan kayu. Sementara itu, Azhari juga mengungkapkan bahwa Lauh dapat dipahami sebagai sebuah papan dari kayu.

Dan, sesuai yang terdapat dalam Al-Quran, bahwa dalam Qur’an “yang tersimpan” dalam Lauh Mahfuzh.” Hal ini bisa dimaknai yaitu Al-Quran yang tersimpan atas kehendak Allah.

  1. Ibnu Katsir

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, bahwa yang “tersimpan” dalam Lauh Mahfuzh. Tafsir dari Ibnu Katsir dapat dimaknai bahwa Al-Quran berada di tempat tertinggi dan terjaga dari adanya penambahan, pengurangan, penyelewengan dan penggantian.

  1. Ibnu Qoyim

Ibnu Qoyim rahimahullah mengungkapkan, bahwa ungkapan “Mahfudz atau yang terjaga” kebanyakan ahli qiroat membacanya dengan jar sebagai sifat untuk lauh. Hal ini bisa dipahami apabila di dalam Lauhul Mahfudz tidak akan ada setan yang bisa masuk. Lauhul Mahfudz sudah ditetapkan untuk terjaga dari tindakan setan, baik untuk menambah atau mengurangi.

Dalam At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, hal. 62 berbunyi, maka Allah subhanahu menjaga tempatnya. Menjaga dari tambahan, pengurangan dan penggantian. Menjaga maknanya dari penyelewengan sebagaimana menjaga lafaznya dari penggantian. Dan Dia menetapakn siapa yang menjaga hurufnya dari tambahan dan pengurangan dan menjaga maknanya dari penyelewengan dan perubahan.

  1. Sebagian Kitab Tafsir

Kemudian, sebagian kitab Tafsir mengatakan bahwa Lauhul Mahfud merupakan dahi dari malaikat Isrofil atau makhluk yang terbuat dari zambrut hijau, atau selain dari itu. Namun, pendapat ini tidak ada ketetapannya sehingga termasuk perkara ghaib yang tidak dapat diyakini. Dengan catatan, ada pendapat tersebut bersumber dari yang memberikan wahyu kepadanya.

Sifat-sifat Lauhul Mahfudz

Setelah mengetahui arti dari Lauhul Mahfudz, pada bagian ini kita akan mulai mempelajari tentang sifat-sifat dari Lauhul Mahfudz yang sudah disebutkan dalam banyak ayat di Alquran. Beberapa sifat dari Lauhul Mahfudz antara lain sebagai berikut:

1. Tidak ada yang tertinggal atau terlupakan

Allah SWT berfirman:

وَعِنۡدَهٗ مَفَاتِحُ الۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ‌ؕ وَيَعۡلَمُ مَا فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ‌ؕ وَمَا تَسۡقُطُ مِنۡ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِىۡ ظُلُمٰتِ الۡاَرۡضِ وَلَا رَطۡبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡنٍ

Artinya:

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

2. Seluruh kehidupan di dunia tercatat di dalamnya

Allah SWT berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُون

Artinya:

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

3. Seluruh informasi tentang manusia tercatat di dalamnya

Allah SWT berfirman:

{ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ (1) بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3) قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الأرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4)

Artinya:

Qaf. Demi Al-Qur’an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah suatu yang amat ajaib.”

Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat).

4. Kalimat Allah yang ada di dalamnya tidak akan ada habisnya

Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَٰمٌ وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Lauhul Mahfudz Jodoh yang Telah Ditetapkan oleh Allah SWT

Banyak orang yang memahami bahwa Lauhul Mahfudz merupakan sebauh istilah yang digunakan untuk mengungkap takdir jodoh seseorang berdasarkan garis ketetapan Allah SWT. Dikarenakan sebuah ketetapan dari Allah SWT, maka tidak ada satu manusia pun yang memiliki pengetahuan atas kebenaran dari Lauhul Mahfudz, termasuk Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah buku yang berjudul Mengikuti Zaman Tanpa Berpaling dari Agama karangan M. Aqil mengatakan, bahwa perempuan atau laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan jodoh yang baik pula, sementara laki-laki atau perempuan yang buruk akan mendapatkan jodoh yang buruk pula. Namun dalam proses pencarian jodoh, seseorang tetap harus melakukan sebuah usaha dan ikhtiar untuk mendapatkan jodohnya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda tentang jodoh sebagai cerminan dari diri seseorang. Hadist tersebut berbunyi seperti berikut:

“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hakikat Lauhul Mahfudz Jodoh

Membicarakan perihal Lauhul Mahfudz, tentu saja tidak lengkap tanpa mengetahui hakikat dan kedudukan jodoh yang ada didalamnya. Pada bagian ini kita akan membahas secara mendalam tentang hakikat Lauhul Mahfudz jodoh.

Lauhul mahfudz jodoh sebenarnya merupakan sebuah ketetapan mutlak yang diberikan kepada manusia. Sebagai takdir dari Allah SWT, seorang jodoh pada dasarnya sudah tertulis sejak 50.000 tahun yang lalu. Hal itu berarti sebelum manusia dilahirkan di bumi, takdir terkait jodoh sudah ditulis lebih dahulu.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya : “Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Meskipun jodoh sudah ditetapkan di Lauhul Mahfudz, seorang muslim yang taat tetap harus memperjuangkan jodohnya. Seorang muslim dianjurkan untuk selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal untuk mendapatkan jodoh terbaik bagi dirinya.

Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW telah memberikan beberapa catatan untuk menganjuran umat agar memilih jodoh dengan baik. Berikut ini adalah lima kriteria jodoh yang harus dipertimbangkan untuk seorang muslim, diantaranya yaitu:

  1. Wanita atau pria yang baik agamanya

    Menurut Ahmad Zakarsih dalam buku Menakar Kufu dalam Memilih Jodoh, dalam memilih calon pasangan yang baik, seorang muslim dianjurkan untuk mempertimbangkan soal agamanya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, berikut ini:

    تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك

    Artinya:

    “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

  2. Wanita yang penyayang dan subur

    تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم

    Artinya:

    “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku.” (HR. An Nasa’I dan Abu Dawud)

  3. Mengetahui baik agama dan akhlaknya

    عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه فانكحوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض . رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح الإسناد و لم يخرجاه

    Artinya:

    “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila datang kepada kalian siapa yang kalian ridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Al-Hakim – sanadnya shahih)

  4. Hiasan terbaik bagi seorang pria adalah wanita sholihah

    الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَاالْمَرْأَةُ الصَّالِحَة

    Artinya:

    “Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah.” (H.R Muslim)

  5. Nikahi wanita yang merdeka

    مَنْ أَرَادَ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ طَاهِرًا مُطَهَّرًا فَلْيَتَزَوَّجْ الْحَرَائِرَ

    Artinya:

    “Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka hendaklah dia mengawini wanita merdeka.” (HR. Imam ibnu Majah)

Demikian adalah pembahasan tentang makna dari arti dari Lauhul Mahfudz. Berdasarkan pembahasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa Lauhul Mahfudz adalah sebuah kitab yang menuliskan seluruh catatan mengenai takdir dan kejadian yang terjadi di alam semesta. Selain itu, Lauhul mahfudz juga bersifat terjaga dan sudah tercipta sebelum dimulainya penciptaan alam jagat raya dan umat manusia.

(WIT)

Tags