Blog Kisah - kisah Nabi dan Rosul

Teladan Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

Ilustrasi kisah Rasulullah SAW dan pengemis yahudi buta. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi kisah Rasulullah SAW dan pengemis yahudi buta. (Foto: Istimewa)

Dakwah dengan keteladanan diperlukan dalam meluaskan dakwah dan mengembangkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Dengan keluhuran budi dan akhlak secara perlahan akan menarik empati orang lain terhadap Islam.

Bagaimana cara berbuat baik kepada semua orang dan memandangnya dengan kasih sayang, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) adalah suri tauladannya. Berkat keluhuran budi atau akhlak Rasulullah SAW, orang-orang berbondong-bondong masuk Islam dan mengikuti ajarannya.

Soal perikehidupan lengkap dengan keteladanannya, terungkap dalam Sirah Nabawiyah, di antaranya diabadikan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Husein Haekal, Syaikh Abul Hasan an-Nadwi.

Dikisahkan, di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”.

Hari demi hari pengemis Yahudi itu mencela Rasulullah. Kejadian itu terus berlangsung di pojok Pasar Madinah. Sebagai Nabi yang diberi wahyu, Rasulullah tentu tahu apa yang dilakukan pengemis Yahudi buta itu.

Nabi Muhammad SAW Membawa Makanan untuk Pengemis Yahudi

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu. Saat Rasulullah menyuapinya, si pengemis Yahudi itu tetap berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

Rasulullah SAW menyuapi pengemis Yahudi itu hingga menjelang beliau wafat. Setelah kewafatan Rasulullah, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu (RA) berkunjung ke rumah putrinya Aisyah Radhiyallahu anha (RA) yang juga istri Rasulullah. Beliau bertanya kepada putrinya, “Anakku, adakah sunnah kekasihku (Nabi Muhammad) yang belum aku kerjakan?”

Aisyah menjawab ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. “Apakah Itu?”, tanya Abu Bakar.

“Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?”. Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa”.

“Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu.

“Apabila ia datang kepadaku, tangan ini tidak susah memegang dan mulut ini tidak susah untuk mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu dengan mulutnya. Setelah itu ia berikan padaku,” kata pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia pun menangis sedih dan kemudian berkata, benarkah demikian?

“Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. Pengemis Yahudi buta itu akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar Ash-Shiddiq.

Demikian kisah Rasulullah dengan pengemis Yahudi buta yang begitu menyentuh hati. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita betapa kelembutan akhlak dan budi pekerti yang baik dapat mendatangkan kebaikan kepada orang lain.

Hikmah Kisah

Dari kisah tersebut kita dapat mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan pribadi yang mulia dan luhur. Dengan tidak membalas makian dari pengemis tersebut, Rasulullah SAW memiliki sifat sabar yang luar biasa.

Beliau juga meiliki sifat yang lemah lembut, walaupun beliau tahu bahwa pengemis tersebut selalu menghinanya, Rasulullah SAW tetap menyuapinya bahkan menghaluskan makannya terlebih dahulu.

Dengan adanya dua sifat tersebut, maka Rasulullah SAW juga memiliki sifat pemaaf dan penyayang. Tidak satu hari pun Rasulullah tidak mengunjungi pengemis tersebut untuk menyuapinya makan.

Sungguh semua kisah Rasulullah SAW senantiasa menjadi suri tauladan untuk kita semua. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan pada hidup kita. Amin.

Tags