Blog Kisah - kisah Sahabat Nabi

Keteguhan Umat Islam dalam Sejarah Perang Tabuk

Perang Tabuk membuktikan kekuatan iman Kaum Muslimin pada zaman Rasulullah SAW. (Ilustrasi: tarikh islam)
Perang Tabuk membuktikan kekuatan iman Kaum Muslimin pada zaman Rasulullah SAW. (Ilustrasi: tarikh islam)

Kemenangan umat Islam dalam berjuang tak lepas dari keteguhan keimanan dan kepasrahan hanya kepada Alllah Subhanahu wa-ta'ala (SWT). Sehingga, Allah Ta'ala pun menurunkan pertolongannya atas kemenangan kaum Muslimin.

Perang Tabuk merupakan sambungan dari perang sebelumnya yaitu Perang Mu'tah. Perang Tabuk dipicu rencana invasi Bizantium (Romawi dan sekutu Ghassaniyah terhadap negeri Hijaz yakni sebelah barat laut Arab Saudi dengan kota utama Damaskus.

Mereka pun telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40.000-100.000 orang.

Kaisar Romawi Heraklius menganggap bahwa kekuasaan kaum Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat, dan daerah Arab harus segera ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat menimbulkan masalah bagi Bizantium.

Rencana itu terdengar oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW). Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Rasulullah SAW untuk melakukan aksi preventif dan menyiapkan pasukan yang terdiri atas 70.000 orang, jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam. 

Maka pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyah, Nabi SAW memaklumatkan Perang Tabuk, 6 bulan seusai peristiwa Pengepungan Thaif. Perang Tabuk sekaligus perang terakhir yang dipimpin langsung Rasulullah SAW.

Meskipun tidak jadi terjadi pertempuran perang, lantaran pihak lawan yang undur diri dan menarik pasukan mereka, tapi perang ini digolongkan perang yang paling sulit (dzatul usrah) yang disebabkan untuk sampai di Tabuk harus menempuh jalur yang rumit dan terjal. Tabuk berada sekitar 800 Km dari Madinah.

Pihak Romawi semula mengira Rasulullah SAW dan kaum Muslimin tidak akan mampu melewati padang pasir yang saat itu kondisinya dilanda cuaca ekstrem yakni sangat terik dan medan yang terjal.

Namun, Raja Heraklius kaget begitu mendengar pasukan kaum Muslimin telah tiba di Tabuk. Mereka heran dengan kekuatan kaum Muslimin yang mampu menaklukan medan Tabuk yang cuacanya ekstrem.

Fakta Sejarah dalam Al-Quran

Perang Tabuk yang bertujuan memerangi orang-orang kafir lantaran ingin mencaplok Jazirah Arab termaktub dalam Al- Qur'an. Allah SWT berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (123) } 

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kalian itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari kalian, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-or­ang yang bertakwa. (QS. At-Taubah: 123).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk memerangi orang-orang kafir secara bertahap, mulai dari yang paling dekat jangkauannya dengan negeri Islam. 

Karena itulah Rasulullah SAW mulai memerangi kaum musyrik di Jazirah Arabia terlebih dahulu. Setelah itu, Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya atas kota Mekah, Madinah, Taif, Yaman. Yamamah, Hajar,

Khaibar, dan Hadramaut serta lain-lainnya dari daerah-daerah yang terdapat di dalam Jazirah Arabia. 

Dan orang-orang dari seluruh kabilah Arab Badui mulai masuk ke dalam agama Allah (Islam) secara Kemudian Rasulullah SAW mulai memerangi ahli kitab. 

Untuk itu, Nabi SAW membuat persiapan guna berperang melawan kerajaan Romawi yang merupakan daerah yang paling dekat dengan Jazirah Arabia; dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat dakwah Islam, mengingat mereka adalah ahli kitab. 

Hal ini telah dilakukan oleh Nabi SAW sampai di Tabuk. Kemudian Nabi SAW kembali pulang lantaran pihak Romawi mundur dari medan peperangan.

Dalam perjalanan ke medan Perang Tabuk, Rasulullah melihat kondisi kaum Muslimin yang dilanda kepayahan karena melewati daerah yang sangat panas. Hal itu diabadikan dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:

{لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ

مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117) }

Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. (QS. At Taubah ayat 117).

Ayat tersebut diturunkan dalam Perang Tabuk. Kaum Muslimin berangkat menuju medan Tabuk dalam situasi yang sangat berat, yaitu di musim kering, panas yang terik, serta sulit untuk mendapat bekal dan air.

Mereka mengalami musim paceklik yang berat tahun itu, sehingga disebutkan bahwa ada dua orang lelaki membagi dua sebiji buah kurma di antara keduanya. Tersebut pula bahwa sejumlah pasukan terbiasa silih berganti mengisap sebiji kurma di antara sesama mereka, setelah itu barulah minum air. 

Kemudian sebiji kurma itu berpindah tangan ke yang lain, setelah minum diberikannya kepada yang belum. Akhirnya Allah menerima tobat mereka dan memulangkan mereka dari medan perangnya.

Dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa pernah ditanyakan kepada Umar ibnul Khattab tentang kisah pasukan Usrah. Maka Umar ibnul Khattab menjawab, "Kami berangkat ke medan Perang Tabuk dengan Rasulullah SAW di tengah musim panas yang keras. Lalu kami turun istirahat di suatu tempat, karena saat itu kami mengalami kehausan, sehingga kami merasa seakan-akan leher kami akan terputus (mati kehausan). 

Maka Abu Bakar berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kebaikan kepadamu dalam berdoa, maka doakanlah buat kami.' Rasul SAW. bertanya, 'Apakah kamu suka hal itu?' Abu Bakar menjawab, 'Ya.' Maka Rasulullah SAW. mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.

Sebelum beliau menurunkan kedua tangannya, langit menurunkan hujan yang lebat, kemudian keadaan menjadi tenang. Maka mereka memenuhi semua wadah yang mereka bawa dengan air. Kemudian kami berangkat memeriksa, dan ternyata hujan itu tidak melampaui markas pasukan Kaum Muslim."

Keteguhan kaum Muslimin bersama Rasulullah SAW dalam Perang Tabuk juga digancar dengan kenikmatan. Mereka bahkan rela mengumpulkan semua makanan hingga jumlah keseluruhannya sama dengan tinggi seekor kambing

yang sedang duduk istirahat. Kemudian Nabi SAW. berdoa agar makanan tersebut diberkahi, ternyata akhimya mereka dapat memenuhi semua wadah makanan yang mereka bawa.

Demikian pula ketika mereka memerlukan air, Nabi SAW memohon kepada Allah SWT, lalu datanglah awan yang langsung menghujani mereka. Akhimya mereka minum dan memberi minum ternak mereka hingga dapat memenuhi wadah air minum yang mereka bawa. Kemudian mereka melihat keadaan hujan tersebut, temyata hujan tidak melampaui batas pasukan Kaum Muslim bermarkas.

Bulan Bersejarah dalam Tarikh Islam

Perang Tabuk, perang terakhir pada masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW). Terjadi pada bulan Rajab, bulan ketujuh dalam penanggalan hijriah. Perang Tabuk begitu bersejarah dan bulan Rajab menjadi waktu yang dimuliakan dalam Islam karena menyimpan peristiwa besar.

Perang Tabuk merupakan perang antara tentara Muslim melawan imperium Romawi. Perang ini terjadi pada bulan Rajab 9 H dan berakhir pada bulan Ramadhan di tahun yang sama. Kendati tidak sempat terjadi kontak fisik

karena pasukan musuh menyerah sebelum bertempur, peperangan ini berlangsung selama 50 hari, dengan pembagian 20 hari Muslim berada di Tabuk dan 30 hari untuk menempuh perjalanan pulang pergi dari Madinah ke

Tabuk. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, /Raḫîqul Makhtûm,/ [Riyadh: Muntada ats-Tsaqafah, 2013], h. 366)

Sebab peperangan

Penaklukan kota Makkah (fatḫu makkah) merupakan puncak kemenangan bagi umat Islam karena Makkah sudah berada dalam kekuasaan Muslim dan orang-orang musyrik berbondong-bondong memeluk Islam. Hanya saja masih ada kekuatan besar imperium Romawi yang menjadi ancaman.

Konflik antara Muslim dan Romawi sendiri sudah dimulai sejak terbunuhnya duta Rasulullah bernama Al-Harits bin Umair di tangan Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Setelah terbunuhnya Al-Harits, Rasulullah mengirim pasukan

di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah untuk menyerang pasukan Romawi di Mu’tah. Setelah peperangan itu, ternyata sejumlah kabilah Arab mulai melepaskan diri dari Qaishar Romawi dan bergabung dengan umat Islam.

Menyadari hal ini, Romawi segera mengambil sikap sebelum umat Islam benar-benar menjelma pasukan yang sangat kuat dan sulit dikalahkan. Imperium Romawi pun mulai menyiapkan kekuatan besar untuk menghancurkan pasukan Muslim.

Ternyata kabar rencana penyerangan itu terdengar ke telinga umat Muslim kendati masih samar-samar. Sadar bahwa Romawi merupakan imperium raksasa paling ditakuti pada masanya, membuat masyarakat Muslim di Madinah gelisah. Khawatir jika tiba-tiba Romawi datang menggempur mereka dan meluluhlantakkan Madinah.

Kekhawatiran itu semakin besar. Bahkan jika terdengar suara ganjil, umat Islam berprasangka buruk terlebih dulu, jangan-jangan imperium Romawi sudah tiba di Madinah. Hal serupa juga dialami oleh Nabi SAW, bahkan beliau sampai menjauh dari istri-istri dulu selama satu bulan. Suasana ini semakin diperparah dengan ulah orang-orang munafik yang berkasak-kusuk tentang persiapan pasukan Romawi.

Ketidakpastian informasi tersebut akhirnya berakhir ketika datang serombongan orang dari Syam ke Madinah sambil membawa minyak. Mereka menginfokan bahwa Heraklius, sang raja Romawi, sudah menyiapkan pasukan besar dengan kakuatan 40.000 prajurit. Kabilah-kabilah Arab Nasrani seperti Lakhm, Judzam, dan lainnya juga turut bergabung.

Keputusan pasukan Muslim

Menyadari kondisi yang betul-betul genting, Rasulullah SAW segera mengambil keputusan setelah melalui pertimbangan militer cukup matang. Rasulullah SAW tidak ingin pasukan Muslim hanya menunggu imperium Romawi di Madinah dan membiarkan mereka menjarah wilayah-wilayah yang sudah berada di bawah kekuasaan Muslim.

Rasulullah SAW akhirnya memutuskan untuk keluar dari Madinah dan menyerang imperium terkuat pada masanya itu. Setelah keputusan bulat, beliau segara melakukan konsolidasi dengan mengirim sejumlah utusan untuk mengajak kabilah-kabilah Arab agar bergabung. Tidak hanya itu, beliau juga mengumumkan secara langsung seruan perang ini. Sesuatu yang baru kali ini beliau lakukan.

Setelah mendengar seruan ini, orang-orang Muslim dengan sigap bersiap siaga dan berlomba-lomba memberikan sumbangan untuk kebutuhan perang.

Utsman bin Affan menyumbang senilai 900 ekor unta dan 100 ekor kuda, belum termasuk uang kuntan; Abdurrahman bin Auf menyumbang 200 uqiyah perak, Abu Bakar menyerahkan semua hartanya senilai 4000 dirham, dan masih banyak lagi.

Berangkat ke Tabuk

Setelah persiapan matang, pasukan Muslim pun bergerak ke arah utara menuju Tabuk dengan membawa 30.000 prajurit, 10.000 lebih sedikit dibanding jumlah perajurit Romawi. Sekalipun begitu banyak sumbangan yang berhasil terkumpul, ternyata belum mencukupi untuk pasukan sebanyak itu.

Begitu kekurangannya, sampai-sampai delapan belas prajurit hanya mendapat satu ekor unta. Bahkan untuk bisa minum saja mereka harus menyembelih unta tersebut agar bisa mengambil air di punuknya dan dagingnya untuk dimakan. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 364-365)

Sementara Rasulullah sendiri menitipkan keluarganya di Madinah kepada Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhahu (Kwa). Mengetahui hal itu, orang-orang munafik menghasut

Ali agar pergi perang dan meninggalkan ahlul bait. Hasutan itu gagal dan Rasulullah SAW berkata kepada Sayidina Ali, “Tidakkah engkau senang, hai Ali. Kau bagiku seperti kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku.” (Abdussalam Harun, Tahdzîbus Sîrah Ibnu Hisyâm, [Beirut: Muassasar ar-Risalah, 1985], h. 288)

Setibanya di Tabuk, Rasulullah berpidato di hadapan pasukan dan menyemangati mereka. Semangat mereka berkobar dan siap untuk bertempur.

Di sisi lain, pasukan Romawi yang mendengar kabar bahwa Rasulullah telah menggalang pasukan, mentalnya menciut sehingga tidak berani maju dan malah pasukan mereka terpencar ke wilayah sendiri-sendiri.

Ringkas hikayat, pihak musuh mengajak berdamai dengan membayar upeti. Dengan ini, kemenangan berada di pihak kaum Muslim, kendati tidak sampai terjadi pertempuran. Sejak saat itu, pasukan Muslim semakin digdaya karena berhasil mengalahkan imperium raksasa Romawi. Kabilah-kabilah Arab yang sebelumnya mendukung Romawi pun kini bergabung bersama pasukan Muslim. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 365-366)

Demikian peristiwa Perang Tabuk menjadi bukti keteguhan iman Kaum Muslimin pada zaman Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bisshowab.

Tags