Blog Kisah - kisah Sahabat Nabi

Kisah Perjuangan Khalid Bin Walid ‘Si Pedang Allah yang Terhunus’

Kisah sang panglima perang kaum Muslimin, Khalid bin Walid. (Foto: Istimewa)
Kisah sang panglima perang kaum Muslimin, Khalid bin Walid. (Foto: Istimewa)

Khalid bin Walid adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus panglima perang kaum muslimin dalam melawan kaum kafir Quraisy.

Ia dikenal setia kepada Rasulullah SAW selama menyebarkan agama Islam. Ia juga termasuk kerabat Nabi yang paling dekat. Karena bibinya, Maemunah binti Al Harits merupakan istri Rasulullah SAW.

Ia berjuluk Saifullah atau Sayf Allah al-Maslul yang berarti pedang Allah yang terhunus. Gelar Khalid bin Walid ini langsung diberikan Rasulullah karena keahliannya dalam menyusun strategi peperangan.

Khalid terlahir dari keluarga terpandang di antara kaum Quraisy. Ayah Khalid bin Walid, Walid bin Mugirah merupakan salah satu pemimpin yang berkuasa di zaman itu.

Keluarganya juga terkenal kaya, memiliki perkebunan luas, banyak kepingan emas, hingga budak. Namun, seperti kaum Quraisy kebanyakan di masa itu, keluarga Khalid sangat memusuhi Islam. Khalid pun dididik membenci ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebelum memeluk agama Islam, Khalid bahkan menjadi panglima perang kaum kafir Quraisy. Saat Perang Uhud, kaum kafir di bawah komando Khalid berhasil menghancurkan kaum Muslimin.

Kala itu Khalid sengaja membiarkan pasukan Muslimin bernafsu mengambil harta rampasan perang hingga turun dari Bukit Uhud. Saat itulah ia bersama pasukannya datang dari sisi bukit lainnya dan langsung menghabisi pasukan muslim dan memenangkan perang.

Usai peristiwa besar itu, Khalid bin Walid mendapat surat dari saudaranya, Walid bin Al Walid, yang baru memeluk Islam. Dalam surat itu, Nabi Muhammad menuliskan kalimat yang memuji kekuatan dan kecerdikan Khalid bin Walid.

Khalid pun terperangah. Dia tak menyangka seseorang yang hampir ia bunuh justru memuji dirinya.

"Bagaimana bisa orang yang hampir saya bunuh justru memujiku," bisik hati Khalid.

Namun sebelum itu, di hati kecilnya kerap bimbang saat berperang melawan kaum muslimin.

“Aku telah menyaksikan tiga perang, yang semuanya melawan Muhammad. Di setiap pertempuran yang kusaksikan, aku pulang dengan perasaan bahwa aku berada di sisi yang salah, dan bahwa Muhammad pasti akan menang,” ucapnya.

Setelah berpikir cukup lama, Khalid lantas memantapkan hati dan keimanannya. Dia pergi menemui Rasulullah di Madinah untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

Perang Pertama Khalid bin Walid

Setelah masuk Islam, Khalid langsung bergabung dalam pasukan muslim. Perang pertama bagi Khalid pun tiba saat Perang Mu'tah, di mana kaum muslimin harus melawan 200 ribu pasukan Romawi. Saat itu, tiga panglima perang telah gugur.

Karena tak ada pemimpin yang tersisa, Khalid pun didapuk untuk mengatur strategi. Tugas pertamanya itu pun berhasil membuat kaum muslimin keluar dari perang dengan selamat. Sejak saat itulah, Khalid mendapat julukan pedang Allah.

"Setelah itu, bendera dipegang oleh salah satu pedang Allah hingga Allah memberikan kemenangan di tangannya," bunyi hadits Rasulullah.

Sejak saat itu, Khalid tak pernah jauh dari Rasulullah. Hingga Nabi Muhammad wafat, Khalid tetap teguh membela Islam.

Keahlian menghujam pedang, berkuda, dan menyusun strategi membuat Khalid selalu dipercaya menjadi panglima perang.

Kaum muslimin pun di bawa ke masa kejayaan dengan membawa kemenangan dalam banyak peperangan. Salah satunya ketika Khalid berhasil menumpas pasukan murtad dalam perang Riddah. Begitu pula saat melawan 240 ribu prajurit Byzantium dalam Perang Yarmuk.

Kendati hanya diperkuat 40 ribu pasukan, strategi peperangan yang disusun Khalid berhasil menundukkan lawannya yang jumlahnya jauh lebih banyak. Bukan hanya itu, ia juga mengislamkan banyak orang kafir yang sebelumnya berada di pihak musuh.

Karena kehebatan dan kemenangannya dalam banyak peperangan, posisi Khalid bin Walid sebagai panglima perang pun diturunkan oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi seorang perwira biasa. Hal ini untuk mencegah pengkultusan terhadap individu.

Meski begitu, ia tetap memegang peran kunci atas keberhasilan penggantinya, Ubaidah bin al-Jarrah dalam banyak peperangan setelah itu.

Bukan hanya dilucuti jabatannya, Khalid juga diberhentikan dari posisinya sebagai gubernur wilayah Qinnasrin. Tak lama setelah itu, Khalid meninggal dunia.

Kabar wafatnya Khalid pun membuat Umar menangis mengingat jasanya yang sangat besar terhadap perkembangan Islam di masa itu.

Secara umum, Khalid dianggap oleh para sejarawan sebagai salah satu jenderal Islam awal yang paling cakap dan berpengalaman. Pencapaiannya dikenang secara luas oleh umat muslim Arab. Riwayat-riwayat Islam memuji Khalid atas taktik pertempuran di medan perang dan kepemimpinannya yang efektif pada penaklukan-penaklukan awal yang dilancarkan oleh umat Muslim.

(RZL)

Tags