Blog Islam Sehari-hari Alquran dan Hadist

Hadist Tentang Cinta: Makna, Hikmah, dan Pelajaran Hidup

Hadist tentang cinta
Hadist tentang cinta

Cinta merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia, karena bisa menjadi pondasi hubungan harmonis antar sesama dan meningkatkan kesehatan mental. Namun, dalam agama Islam, cinta bukan hanya sekadar perasaan, tapi juga ibadah jika diarahkan dengan benar. 

Cinta yang benar dalam Islam selalu membawa kebaikan, menjaga kehormatan, dan membuat hamba lebih dekat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Berikut hadist tentang cinta, sebagai panduan dalam mencintai Allah, Rasul, dan sesama manusia.

Key takeaway: 

  • Hadis-hadis tentang cinta mengajarkan keseimbangan antara kasih sayang, tanggung jawab, dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

  • Cinta dalam Islam bukan sekadar perasaan, tetapi bagian dari iman dan bentuk ibadah jika diarahkan kepada kebaikan.

  • Cinta sejati adalah cinta yang membawa ketenangan, menjaga kehormatan, dan mendekatkan diri kepada ridha Allah subhanahu wa ta'ala.

Cinta dalam Islam: Antara Naluri dan Ibadah

Dalam bahasa Arab, konsep cinta memiliki beberapa istilah yang menggambarkan kedalaman maknanya yaitu hub (حب), mahabbah (محبة), dan ‘isyq (عشق). 

Hub merupakan istilah paling umum untuk konsep cinta dalam Islam, yang mana berarti kasih sayang atau rasa cinta secara alami. Mahabbah, merujuk pada cinta yang lebih dalam, yang disertai dengan ketulusan, kerinduan, penghormatan, dan pengorbanan yang dalam. 

Sementara itu, ‘isyq menggambarkan cinta yang begitu mendalam dan membara, puncak dari segala cinta, yang bisa bernilai ibadah bila diarahkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, namun bisa membakar dan menjerumuskan jika didasari hawa nafsu semata.

Pada dasarnya, Islam membedakan antara cinta yang diberkahi dan cinta yang menjerumuskan. Cinta yang diberkahi adalah cinta yang mendekatkan seseorang kepada ketaatan dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan. Sebaliknya, cinta yang menjerumuskan adalah cinta yang melalaikan dari Allah subhanahu wa ta'ala  dan menimbulkan dosa.

Perlu diingat bahwa Islam tidak menolak cinta, karena cinta adalah naluri dasar manusia. Tapi Islam menuntun agar cinta diarahkan pada jalan yang benar, yaitu cinta yang menumbuhkan ketaqwaan dan memperkuat hubungan dengan Sang pencipta, bukan sebaliknya. Jadi, cinta dalam Islam bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang tanggung jawab, keikhlasan, dan bernilai ibadah.

Hadis-Hadis tentang Cinta

Berikut ini beberapa hadist tentang cinta beserta arabnya​, baik kepada Allah, Rasul, sesama manusia, dan pasangan.

1. Cinta kepada Allah dan Rasul

Dalam Islam, mencintai Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah yang paling utama. Sebagaimana hadis riwayat Muslim, yaitu:

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ 

“Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah)

2. Cinta Sesama Manusia

Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, disebutkan bahwa seseorang tidak akan dianggap beriman jika tidak mencintai saudaranya. 

 عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Dari Anas dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari).

Lebih lanjut, dalam hadis riwayat yang sama juga disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam menjanjikan naungan pada Hari Kiamat bagi siapapun yang mencintai sesama saudaranya. 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (yaitu) pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (HR Bukhari).

3. Cinta dalam Hubungan Suami Istri

Cinta dalam hubungan rumah tangga juga sudah dijelaskan dalam beberapa hadis. Salah satunya yaitu hadis riwayat Imam Bukhari, yang menyebutkan bahwa salah satu bukti cinta suami istri adalah tidak banyak menuntut. Hadisnya sebagai berikut.

Dari Aisyah ra menjelaskan bahwa:

مَا كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ ـ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ ـ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ

"Apa yang biasa dilakukan Nabi di rumahnya?" jawabnya, "Beliau selalu sibuk melayani keluarganya dan ketika waktu salat tiba, beliau pun pergi ke sana." (Hadis Imam Bukhari)

Selain itu, anjuran untuk berbuat baik sebagai wujud cinta dalam hubungan suami istri juga tertuang dalam hadis riwayat Ibnu Majah. Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan bahwa:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Artinya, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Ibnu Majah)

Hikmah dan Pelajaran dari Hadist tentang Cinta

Hadis-hadis tentang cinta memberikan banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupan seorang muslim. Berikut uraiannya.

1. Cinta Memberikan Motivasi untuk Berbuat Baik

Berdasarkan hadist nabi tentang cinta di atas, Islam mengajarkan bahwa cinta bisa mendorong untuk berbuat baik kepada Allah, Rasul, dan sesama manusia, termasuk suami istri. Dengan cinta, seseorang akan terdorong untuk rajin beribadah, berbuat baik pada tetangga, selalu membantu orang yang membutuhkan, dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami istri. 

2. Cinta yang Dilandasi Iman Membawa Ketenangan Hati

Hikmah hadist tentang cinta selanjutnya yaitu cinta yang dilandasi iman bisa membawa ketenangan hati. Pasalnya, ketika seseorang mencintai segala hal karena Allah subhanahu wa ta'ala, maka hatinya akan terjaga dari kekecewaan dan kesedihan yang mendalam jika terjadi hal yang tidak sesuai keinginannya. 

Dia tidak akan bergantung pada balasan manusia, sebaliknya akan fokus untuk mencari ridho-Nya. Jadi, tidak akan ada kebencian, fitnah, atau ghibah kepada sesama manusia dan hidupnya benar-benar akan tenang.

3. Mengajarkan Keseimbangan antara Perasaan dan Tanggung Jawab

Terakhir, hadis-hadis tersebut juga memberikan pelajaran untuk menjaga keseimbangan antara perasaan dan tanggung jawab. Cinta tidak hanya tentang romansa semata, tetapi tanggung jawab yang melibatkan komitmen dan saling memberi. 

Misalnya, dalam kehidupan rumah tangga, suami tidak hanya akan menunjukkan cinta dengan kata-kata manis, tetapi juga dengan menafkahi dan melindungi keluarganya. Begitu pula istri yang akan menunjukkan cintanya dengan sikap taat dan menghargai suaminya.

Sudah Tahu Makna Hadis tentang Cinta?

Cinta sejati dalam Islam bukan hanya sekadar ungkapan perasaan, tetapi juga tanggung jawab dan manifestasi dari keimanan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Ia hadir untuk menuntun menuju kebaikan, menguatkan hubungan dengan Sang Pencipta, serta menumbuhkan kasih sayang antar sesama. 

Sebagai umat Islam, mari kita berkaca pada cinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Sang pencipta, istri, anak, dan umatnya. Beliau mencintai Allah  subhanahu wa ta'ala dengan sepenuh hati, mencintai keluarganya dengan kasih sayang, dan mencintai umatnya dengan keikhlasan tanpa batas. 

Sebagai langkah awal, kita bisa mulai dengan meneladani cinta beliau kepada Allah  subhanahu wa ta'ala, yaitu dengan meningkatkan ibadah dan menjauhi segala larangan-Nya.

FAQ:

1. Apa arti cinta sejati menurut Islam?

Cinta yang didasari oleh ketaatan  dan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya, bukan hanya karena urusan duniawi semata. Cinta ini ditandai dengan keinginan untuk saling menjaga, menghormati, melindungi, dan bersama hingga akhirat.

2. Bagaimana jika kita mencintai seseorang?

Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542, shahih kata Syaikh Al Albani).

3. Apa ayat Al-Quran tentang anjuran mencintai Allah SWT?

Ada banyak ayat Al-Qur'an yang menyebutkan tentang keutamaan cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala, salah satunya yaitu Surat At-Taubah ayat 24. 

4. Apa itu cinta menurut Al Quran?

Ayat-ayat Al Quran menekankan bahwa cinta yang sejati adalah yang berpusat pada Allah subhanahu wa ta'ala, seperti tercermin dalam QS. Ali Imran ayat 31 yang menyuruh umat Islam untuk mengikuti Nabi Muhammad agar dicintai Allah subhanahu wa ta'ala.

Tags