Blog Kisah - kisah Sahabat Nabi

Mengapa Abu Bakar Diberi Gelar Ash-Shiddiq

Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a., salah satu dari tiga masjid tua bersejarah di barat daya (sebelah timur bagian selatan) Masjid Nabawi. Masjid ini berjejer dengan Masjid Ghamamah dan Masjid Ali bin Abi Thalib. Posisinya hanya terpaut sekitar 40 meter dari Masjid Ghamamah di kota Madinah al-Munawarah. (Foto: travellers)
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a., salah satu dari tiga masjid tua bersejarah di barat daya (sebelah timur bagian selatan) Masjid Nabawi. Masjid ini berjejer dengan Masjid Ghamamah dan Masjid Ali bin Abi Thalib. Posisinya hanya terpaut sekitar 40 meter dari Masjid Ghamamah di kota Madinah al-Munawarah. (Foto: travellers)

Selain berkedudukan sebagai Sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Siddiq pun adalah mertua Nabi Muhammad SAW. Selepas Nabi wafat, Abu Bakar kemudian diangkat menjadi khalifah pertama umat Islam.

Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdul bin Ustman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) pada kakeknya, Murrah bin Ka’ab bin Luai. Beliau lahir di Makkah tahun 13 sebelum Hijriyyah. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah bani Taim. Ayahnya diberi kunyah Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq.

Imam ath-Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Lahi’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah ada tiga orang, yaitu Atiq (Abu Bakar), kedua, Mu’taq, dan Utaiq. Sebelum memeluk Islam, Abu Bakar as-Siddiq bernama Abdul Ka’bah. Oleh Rasulullah saw. namanya diganti menjadi Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Beliau lahir dua tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar dikenal sebagai orang yang kaya raya, dan sebelum masuk Islam beliau adalah orang yang mengharamkan dirinya untuk minum Khamr (minuman keras).

Gelar Abu Bakar ash-Shiddiq

Abdullah kemudian digelari Abu Bakar as-Siddiq yang artinya “Abu” (Bapak) dan “Bakar”(pagi). Gelar itu diberikan karena beliau merupakan orang dewasa yang pertama kali memeluk Islam dan beliau masuk Islam pada waktu pagi. Sedangkan gelar Ash-Shiddiq diberikan kepadanya karena beliau orang yang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah SAW., terutama dalam peristiwa Isra Mi’raj. Abu Bakar adalah sosok yang tegas membenarkan kisah tersebut di hadapan kafir Quraisy yang menganggap Nabi berdusta.

Suatu ketika dalam suatu kesempatan di Masjid, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) menceritakan pengamalamnya sehabis Isra' Mi'raj. Beberapa dari mereka langsung menemui Abu Bakar, sahabat terdekat Nabi, untuk memberitahunya dan mengetahui apa reaksinya nanti.

Dalam Hayat Muhammad karya Husain Haekal dikisahkan, Abu Bakar pertama kali menuduh mereka membawakannya cerita palsu. Ketika mereka

meyakinkannya bahwa Nabi Muhammad sebenarnya mengaku telah melakukan perjalanan kembali ke Yerusalem dalam semalam, jawaban Abu Bakar adalah, "Jika dia benar-benar mengatakan ini, dia mengatakan yang sebenarnya."

Ketika mereka mengungkapkan keheranan mereka bahwa dia akan mempercayai cerita yang begitu unik, Abu Bakar berkata: “Apa yang begitu mengejutkan? Saya percaya padanya ketika dia mengatakan sesuatu yang bahkan lebih tidak bisa dipahami. Dia bilang dia menerima wahyu dari Allah dan saya percaya padanya.”

Abu Bakar kemudian pergi ke masjid tempat orang-orang masih berkumpul di sekitar Nabi SAW menyatakan ketidakpercayaan mereka. Dia bertanya kepada

Nabi apakah dia membuat pernyataan bahwa dia pergi ke Yerusalem dan kembali pada malam yang sama.

Ketika dia mendengar jawaban setuju Nabi, Abu Bakar berkata, “Saya percaya Anda, kamu selalu mengatakan yang sebenarnya.”

Kemudian dia meminta Nabi SAW untuk menggambarkan Yerusalem. Saat Nabi melanjutkan uraiannya, Abu Bakar terus mengulangi kata-katanya, “Saya percaya Anda, karena selalu mengatakan yang sebenarnya.”

Nabi SAW sangat senang dengan Abu Bakar sehingga Rasulullah memberinya gelar As-siddiq , yang berarti 'seorang mukmin sejati dan teguh'. Ini adalah gelar yang paling dihargai Abu Bakar yang dia pertahankan selama sisa hidupnya.

Dalam kitab Abqariyyah Ash-Shiddiq ("Kejeniusan Abu Bakar Ash-Shiddiq") karya Abbas Mahmud Al-Aqqad disebutkan, Julukan Ash-Shiddiq kepada Sahabat Nabi yang satu ini, "karena selalu mempercayai apa yang disampaikan Nabi Muhammaad SW baik yang berkenaan dengan hal-hal supranatural maupun beriga gembira".

Karakteristik Khas

Menurut Abbas Mahmud Al-Aqqad, seseorang yang mempunyai karakteristik Ash-Shiddiq, pada dirinya tidak akan ada lagi hambatan yang damat menghalanginya untuk mendengarkan seruan menuju sebuah perbaikan. Sehingga, ia tidak akan menutup telingannya dari perkataan yagn benar dan seruan yang lurus dan tidak akan terjerumus ke dalam golongan yang melawan kebenaran -- suatu perbuatan yang merupakan kebiasaan karakter orang-orang yang sombong dan angkuh.

Abu Bakar juga diberi gelar ash-Shahib (Sahabat karib Rasulullah SAW.) sebagaimana terdapat dalam firman Allah di surat at-Taubah ayat 40.

“Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguh­nya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrik Mekah) mengusirnya (dari Mekah), sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang yang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS at-Taubah: 40)

Beliau juga diberi gelar al-Atqaa (orang yang paling bertakwa) sebagaimana terdapat dalam surah al-Lail ayat 17. Gelar lain adalah al-Awwah (orang yang sangat takut kepada Allah). Seorang nama yang bernama Ibrahim an-Nakha’i berkata, “Abu Bakar ash-Shiddiq dijuluki “al-Awwaah” karena kelemah lembutan, kasih sayang dan kepekaan hatinya yang mudah terharu dan menangis.

Ciri Fisik dan Karakter Akhlak Abu Bakar

Imam an-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya “Tahdzib al-Asmaa Wa al-Lughaat” berkata, ”beliau termasuk tokoh Quraisy di masa Jahiliyah, menjadi penasehat mereka, mereka mencintai dan bersikap lemah lembut kepadanya". Ketika masuk Islam, beliau mengutamakan Islam dari yang lainnya dan masuk Islam secara Kaffah (keseluruhan). Beliau berakhlak mulia, pandai tentang masalah nasab-nasab bangsa arab. “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang Quraisy yang paling mengetahui tentang Nasab mereka".

Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus dan berkulit putih. Aisyah r.a. menerangkan ciri fisik ayahnya dengan mengatakan, “ Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, memiliki urat tangan yang menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai dau pacar (hinai) maupun daun pohon al-Katm”.

Sedangkan karakter akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, murah hati, penyabar, memiliki azimah (memiliki keinginan yang kuat), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan (nasab) Bangsa Arab dan berita-berita tentang mereka, sangat bertawakal kepada Allah SWT. dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah.

Tokoh yang berjiwa agung ini tidak hanya memberikan kepada umat apa yang mereka minta bahkan beliau memberi apa yang mereka harapkan sebelum mereka meminta. Beliau selalu tampil dibaris terdepan dalam menunaikan kewajiban dan keutamaan, mengatasi segala kesulitan dan memberikan kepada umat dengan segala kemampuan yang dimilikinya dengan penuh pengorbanan harta, waktu, ilmu, perasaan, tenaga dan lainnya.

Kesederhanaanya merupakan modal utama dari keagungannya. Beliau adalah guru kemanusian dalam bidang keimanan dan kesabaran. Beliau rajin beribadah kepada Allah seolah-olah beliau melihat-Nya, dan gemar beramal sosial. Beliau memilki hati yang lembut, peka perasaanya dan penuh empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain. Ilmunya tidak terbatas pada teori tapi menembus dan membuahkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Beliau segera turun tangan melaksanakan pesan-pesan hatinya yang lembut dan penyantun.

Kehidupan Keluarga

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan Aisyah. Beliau juga menikahi Asma’ binti Uwais bin Ma’ad bin Taim al-Khatsamiyyah, dimana sebelum itu Asma’ binti Uwais diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji wada’ di Dzul Hulaifah.

Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Harits bin al-Kharazj. Abu bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, beliau juga masih masih bermukim dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-sunuh, hingga Rasulullah saw. wafat dan beliau kemudian di angkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw., dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kulsum.

Ketika Cahaya Islam Datang

Cahaya Islam menerangi bumi Makkah dibawa oleh Rasul al-Amin. Segera Abu Bakar R.a. menyambut hidayah Islam, bahkan beliau adalah seorang laki-laki dewasa yang masuk Islam pertama. Ammar bin Yasir r.a. berkata: “Aku melihat Rasulullah Saw.. di Makkah dan orang-orang yang mengikutinya saat itu hanya lima orang budak, dua wanita, dan Abu Bakar.” (H.R Bukhari). Abu Bakar langsung mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam tanpa ragu sedikit pun.

Rasulullah SAW. tidak pernah melupakan jasa-jasa Abu Bakar ash-Shiddiq dan sering memuji Abu Bakar di hadapan sahabat-sahabat lainnya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: “Tidak kuajak seorangpun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang ketika kusampaikan kepadanya.” (H.R. Bukhari).

Setelah mengikrarkan keIslamannya, Abu Bakar R.a. berdakwah mengajak orang-orang untuk masuk Islam. Sebab dakwahnya, sekitar tiga puluh orang di Makkah masuk Islam, diantaranya Utsman bin Affan, Ustman bin Madz’un, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan lain-lain radhiallahhuanhuma.

Semenjak sudah memeluk agam Islam, Abu Bakar menjadi orang yang paling terdepan membela Islam. Beliau merupakan seorang sahabat yang paling akrab serta paling dicintai Rasulullah SAW. Amru bin Ash R.a. pernah bertanya kepada Rasul, “Siapakah di antara manusia yang paling Engkau cintai ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aisyah”. Dia bertanya lagi, “Kalau dari pria?” beliau menjawab “Ayahnya”. (H.R Bukhari dan Muslim).

Selain berkedudukan sebagai Sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Siddiq juga adalah mertua nabi Muhammad SAW. Selepas Nabi wafat, Abu Bakar kemudian diangkat menjadi khalifah pertama umat Islam.

Duka Umat Islam Saat Wafat

Abu Bakar mendahulukan Islam diatas segalanya, dia masuk Islam dengan cara yang paling sempurna, ilmunya terus meningkat naik, kebaikan-kebaikan terus naik, kebiakan-kebaikannya terus bertambah hingga beliau wafat. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun 3 bulan terhitung sejak tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M.

Abu Bakar mulai sakit pada saat dimana hari yang sangat dingin namun ia mandi, lalu selama lima belas hari ia merasa demam, tidak keluar rumah untuk melaksankan shalat, ia meminta Umar bin Khattab R.a. mengimami shalat. Tetapi selama dua minggu dalam keadaan sakit sampai wafatnya itu pikiran Abu Bakar selalu tertumpu pada nasib kaum Muslimin, selama membuat perhitungan dengan dirinya, apa yang telah dilakukannya sejak ia memegang pimpinan umat. Sejak sakitnya itu kuat sekali perasaannya bahwa ajal sudah semakin dekat.

Saat kematian Abu Bakar R.a. sudah dekat, saat ajal yang ditetapkan sudah tiba, dia memanggil putrinya Aisyah r.a. untuk memberinya wasiat, Abu Bakar r.a. berkata, “Putriku, sesungguhnya kami diberi tugas mengurusi perkara kaum muslimin, namun kami tidak mengambil satu dinar atau satu dirham pun, tetapi kita memakan makanan mereka yang keras diperut kita, memakai pakaian mereka yang kasar di tubuh kita, tak tersisa sedikit pun dari harta fai’ kaum muslimin pada kita selain seorang hamba sahaya Habasyah, unta penyiram tanaman, dan sepotong kain, bila aku mati, maka serahkan semua itu kepada Umar.” Lihatlah unta penghasil susu yang susunya kita minum, wadah yang kita gunakan untuk mencelup makanan kedalamnya dan sepotong kain yang kita pakai, kita mengunakannya saat kita memegang urusan kaum Muslimin, maka bila aku mati, serahkanlah semua itu kepada Umar.

Pada hari saat wafat Abu Bakar R.a., Madinah diselimuti oleh tangis kesedihan, dan orang-orang tercengang seperti pada hari wafat Rasulullah SAW., Ali bin Abi Thalib R.a. datang dengan cepat sambil berkata, “Hari ini, khilafah kenabian telah selesai.” Ali R.a. berdiri di atas rumah dimana jasad Abu Bakar R.a. disemayamkan, dia berkata, “Semoga Allah merahmatimu wahai Abu Bakar. Engkau adalah orang pertama yang masuk Islam, paling sempurna imannya, paling takut kepada Allah, paling melindungi Rasulullah, paling menjaga Islam, paling berjasa kepada para sahabatnya, paling bagus perangainnya”.

Setelah dua tahun lebih Abu Bakar memimpin kaum Muslimin sebagai khalifah, akhirnya beliau menderita sakit selama 15 hari. Wafat pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H/22 Agustus 634 M. Beliau dimakamkan di samping Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Catatan penting dalam Sejarah Islam. Nama asli dari Abu Bakar Ash-Shiddiq sendiri adalah 'Abdullah bin Abu Quhafah. Ia adalah sahabat Rasulullah SAW yang juga dikenal sebagai saudagar kaya yang dermawan. Ia sosok yang sangat mencintai Rasulullah SAW sehingga tidak ragu membenarkan semua perkataannya juga berani melindunginya dari bahaya. Abu Bakar Ash-Siddiq adalah pemberani yang menemani Rasul hijrah ke Madinah.

Selain berkedudukan sebagai Sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Siddiq juga adalah mertua nabi Muhammad SAW. Selepas Nabi wafat, Abu Bakar kemudian diangkat menjadi khalifah pertama umat Islam.

Tags