Blog Kisah - kisah Sahabat Nabi

Sifat dan Keteladanan Ali bin Abi Thalib

Ilustrasi Ali bin Abi Thalib. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Ali bin Abi Thalib. (Foto: Istimewa)

Ali bin Abu Thalib adalah pembawa panji kehormatan dari Nabi Muhammad pada saat perang Khaibar ini menggantikan kekhalifahan Utsman bin Affan. Keponakan sekaligus menantu Rasulullah SAW ini juga tercatat sebagai khalifah keempat dalam kepemimpinan Islam sepeninggal Nabi Muhammad.

Pada 25 Dzulhijjah 35H (24 Juni 656 M), sumpah setia diucapkan oleh Ali bin Abu Thalib sebagai Khalifah keempat. Beberapa masalah dihadapi Khalifah baru ketika Ali bin Abu Thalib mengambil alih kekuasaan, yaitu:

- Ia harus membangun perdamaian di negara bagian dan memperbaiki situasi politik yang memburuk.

- Ia perlu mengambil tindakan terhadap para pembunuh Utsman

Pemerintahan Ali bin Abu Thalib ditandai dengan terjadinya cobaan dan masalah di kalangan umat Islam.

Penyebab utama dari masalah-masalah tersebut adalah partai Sabith, yang didukung oleh budak-budak yang disakiti dan penduduk desa. Pemimpin mereka Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi, tetapi berpura-pura masuk Islam pada masa pemerintahan Utsman bin Affan RA. Tujuan utama Ibnu Saba adalah memecah belah umat Islam dan menyebarkan anarki dalam masyarakat Islam.

Dijamin Masuk Surga

Ali bin Abi Thalib merupakan satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk surga dari Rasulullah. Ia lahir di Hijaz, Mekkah, pada 17 Maret 600 masehi atau bertepatan dengan 13 Rajab tahun 23 sebelum hijriah.

Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib.

Ali bin Abi Thalib tinggal di rumah yang pernah ditempati Nabi Muhammad selama 42 tahun, yakni rumah Abu Thalib yang merupakan ayah angkat Rasulullah.

Ayahnya, Abu Thalib, adalah paman dari Nabi Muhammad SAW. Ali memiliki nama asli Assad bin Abi Thalib. Nama Assad, yang berarti singa, dipilih sebagai harapan keluarganya agar mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.

Sedangkan nama ibu Ali bin Abi Thalib adalah Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, pendiri Bani Hasyim sekaligus kakek buyut Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Ali merupakan keturunan Hasyim, baik dari sisi bapak ataupun ibu.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi Muhammad SAW, yang tidak memiliki anak laki-laki. Bahkan keluarga Abu Thalib memberi izin Nabi Muhammad SAW bersama istrinya, Khadijah, untuk mengasuh Ali. Oleh karena itu, Ali menjadi sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW dan Khadijah.

Selama menjadi sahabat Rasulullah dan khalifah umat Islam, Ali bin Abu Thalib adalah sosok yang begitu mulia. Akhlak dan perilakunya begitu baik hingga ia mendapat julukan Karamallahu Wajhah yang artinya semoga Allah memuliakannya.

Begitu banyak keteladanan Ali bin Abi Thalib yang bisa diikuti umat Muslim. Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Keteladanan Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Rasulullah SAW yang sangat berani. Atas keberaniannya ini ia dijuluki sebagai "Singanya Allah".

Ali bin Abi Thalib masuk Islam di usia yang sangat muda. Ia banyak berjasa dalam membantu perjuangan Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib pun diangkat menjadi khalifah untuk menggantikan Usman bin Affan yang wafat enam hari sebelumnya.

Sejak keislamannya, Ali menjadi salah satu pengikut Nabi yang sejak awal rela mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya agama Islam dan keselamatan Rasulullah. Misalnya, pada hari di mana Nabi berniat hijrah ke Madinah, dan sejumlah pembesar Quraish bersekongkol untuk membunuh Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib dengan tulus dan berani menggantikan Nabi Muhammad di tempat tidurnya.

Sementara, Nabi Muhammad menyelinap diam-diam keluar rumah bersama Abu Bakar menempuh perjalanan panjang ke kota Yatsrib yang kemudian dikenal dengan Madinah. Saat itu Ali baru berusia 22 tahun. Tiga hari kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul Nabi Muhammad ikut hijrah ke Madinah

Sedangkan dalam masa kepemimpinannya, Ali bin Abi Thalib dikenal amanah dan bertanggung jawab. Dikisahkan Rasulullah sering menitipkan pesan kepada Ali Bin Abi Thalib. Denagn penuh tanggung jawab, Ali menjalankan perintah Rasulullah tersebut.

Sifat khusus berikutnya yang dimiliki Ali Bin Abi Thalib adalah sederhana dan sangat dekat dengan rakyat kecil. Pada posisinya sebagai seorang Khalifah, suatu ketika ia memasuki pasar sendirian tanpa pengawal. Dia mengingatkan kepada para pedagang tentang ketakwaan dan membantu orang di pasar yang membutuhkan pertolongan.

Ali bin Abi Thalib berdakwah dan menyampaikan Firman Allah. Atas kerendahan hatinya ini Ali dikenal sebagai pemimpin yang cinta rakyat.

Berikut lima karakterisitik dari Ali bin Abi Thalib:

1. Keberanian

Ali bin Abi Thalib dilahirkan di dalam Ka'bah dan mempunyai nama kecil Haidarah. Ia terkenal akan sifatnya yang pemberani. Hal ini banyak disebut dalam buku-biografi dan Al-Maghazi. Ini juga termasuk konfrontasinya dengan musuh.

Saat Perang Khaibar, Ali bin Abi Thalib menantang Murhib Yahudi dan membunuhnya. Pada Parang Khandaq, dia berduel dengan Amr bin Abdu Wudd yang terkenal prima dan berani dari Suku Quraisy, Ali bin Abi Thalib berhasil membuatnya tersungkur dan tewas.

2. Pengorbanan diri

Ketika orang-orang kafir Makkah berencana untuk membunuh Rasulullah, Malaikat Jibril mengungkapkan kepadanya rincian konspirasi jahat itu. Malaikat pun meminta Rasulullah untuk tidak tidur di tempat tidurnya malam itu.

Jadi, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya untuk menyamar sebagai dia. Sementara Rasulullah meninggalkan rumahnya dengan selamat di malam hari dan bermigrasi ke Madinah.

Adalah Ali bin Abi Thalib yang dipercaya oleh Rasulullah untuk mengembalikan harta benda kepada pemiliknya ketika ia berangkat ke Madinah. Saat Ali bin Abi Thalib mencapai Madinah, Rasulullah bertemu dengannya dengan senang hati, mengirimkan doa yang setia kepada Allah mencari kebaikan dan berkah bagi Ali bin Abi Thalib.

3. Zuhud terhadap dunia

Ali bin Abi Thalib merupakan hamba yang saleh, dan dia tidak mengharapkan kemewahan dan perhiasan dunia yang fana. Ali bin Abi Thalib tidak tertipu oleh semua itu. Kantor pusat pemerintahannya di Kufah sangat sederhana, berbeda dengan para khalifah yang datang setelah masanya.

4. Ketakwaan

Ali bin Abi Thalib telah memeluk Islam sejak ia masih kecil, bahkan ia bisa disebut sebagai orang pertama yang masuk Islam. Padahal, ia baru berusia 10 tahun ketika Rasulullah menerima wahyu pertama.

Dia memiliki ketakwaan yang baik kepada Allah. Ali bin Abi Thalib menggantungkan semua urusannya kepada-Nya. Meskipun banyak bahaya yang menimpa oleh musuh-musuh Islam, dia tidak memiliki penjaga. Ali bin Abi Thalib terbunuh saat dia pergi sholat Subuh oleh Abdurrahman bin Muljam tanpa penjagaan.

5. Kedermawanan

Dia suka memberi dan menghabiskan hartanya di jalan Allah. Semasa hidupnya, Ali hidup dengan sederhana. Ia cukup makan dengan lauk cuka, minyak, dan roti kering yang dipatahkan dengan lututnya. Pakaian yang digunakan Ali juga pakaian yang kasar, yakni pakaian ala kadarnya untuk menutupi tubuh saat cuaca panas dan terpaan hawa dingin.

Seperti yang dikutip dari tulisan Sayyid Ahmad Asy-Syalaini dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Khotbah Ali bin Abi Thalib. Bahkan di rumahnya, tidak telihat sebuah kasur sama sekali atau pun bantal tempatnya untuk berbaring.

Dipercaya Rasulullah untuk Menjaga Putrinya

Setelah masa hijrah, Ali bin Abi Thalib menikahi putri Rasulullah yang paling dicintai, Fatimah Az Zahra, salah satu perempuan terbaik di seluruh dunia, ibunya adalah Khadijah Binti Kuwailid. Pernikahan yang diberkati terjadi di Madinah setelah Perang Uhud, ketika Fatimah berusia 15 tahun.

Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib mendapat kehormatan tambahan menjadi ayah dari keturunan Rasulullah SAW melalui putra-putranya dari Fatimah, yaitu Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum.

setelah Fatimah meninggal, barulah Ali menikah dengan perempuan-perempuan lain, mencakup Ummu Banin binti Haram, Laila binti Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul Qais. Dari istri-istrinya itu, Ali bin Abi Thalib memperoleh 23 anak, terdiri dari 15 anak laki-laki dan 18 anak perempuan.

Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661 atau 21 Ramadan 40 H. Penyebab meninggalnya adalah serangan seseorang yang bernama Abdurrahman bin Muljam. Ia diserang saat sedang sholat Subuh di Masjid Agung Kufah, pada 19 Ramadhan 40 H atau 27 Januari 661. Sebelum meninggal, khalifah yang berkuasa selama lima tahun ini memerintahkan anak-anaknya untuk tidak balas dendam dan menyerang orang Khawarij tersebut.

Tags